SUKABUMIUPDATE.com - Lobster, jenis hewan yang merayap di dasar laut ini, menjadi pemberitaan hangat setelah kebijakan ekspor benihnya akhirnya menjerat mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dengan kasus korupsi.
Peneliti dari Balai Bio Industri Laut (BBIL) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sigit Anggoro Putro Dwiono mengungkap bagaimana budidaya lobster selama ini dilakukan.
Putro menjelaskan bahwa untuk bisa melakukan budidaya lobster harus memperhatikan beberapa hal mulai dari tahapan, sarana prasarana, sampai dengan teknik yang digunakan. Termasuk dalam tahapan adalah pembenihan yang mencakup penyediaan induk, perangsangan pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva hingga menghasilkan juvenil atau lobster remaja.
"Kemudian ada pembesaran, pemeliharaan benih hingga mencapai ukuran konsumsi, berlanjut ke pemanenan hasil, pengumpulan organisme hasil pembesaran untuk dikonsumsi,” ujar dia, dalam Sapa Media bertema ‘Memahami Potensi Lobster dari Perspektif Kelautan dan Sosial’ yang digelar virtual, Senin 30 November 2020, dikutip dari Tempo.co.
Untuk sarananya, yang di darat, biasanya menggunakan bak-bak beton, bak fiberglass, atau bak terpal. Sedangkan yang di laut menggunakan rakit bambu, kayu atau HDPE, dengan ukuran mulai dari 2x2 meter sampai 4x4 meter atau lebih.
Selain itu ditambah dengan wadah kurungan yang terbuat dari jaring berbentuk persegi empat atau bulat. Dengan mata jaring berukuran 3, 6, hingga 12 mm atau lebih, dan dapat dipasang dekat permukaan atau di kedalaman.
Teknik pembenihan, kata Putro, ada dua macam. Pertama, pembenihan lobster karang (spiny lobster). Menurutnya, teknik ini belum dapat dilakukan di Indonesia. Sedang di dunia, beberapa lembaga penelitian sudah mampu memproduksi benih lobster karang tapi dalam jumlah sangat terbatas, dan belum ekonomis.
"Hal ini tidak terlepas dari biologi lobster karang yang memiliki masa larva yang sangat lama," kata Putro.
Teknik kedua adalah pembenihan di alam, masa larva yang panjang dikompensasi oleh fekunditas yang sangat tinggi. Hasil penelitian di India menunjukkan bahwa jumlah telur dari lobster sangat banyak dan beberapa induk mampu memijah—melepaskan telur dan sperma untuk pembuahan—kembali dalam tahun yang sama.
"Oleh karena itu, benih untuk budidaya masih diperoleh dari pengumpulan di alam dengan menggunakan berbagai alat pengumpul benih lobster, baik yang masih bening maupun yang sudah mulai berwarna atau remaja," kata dia.
Kemudian untuk tahapan pendederan, Putro berujar, saat ditangkap, lobster masih belum berwarna sehingga sering disebut sebagai benih bening lobster (bbl) alias benur. Beberapa lama kemudian, kulit bbl mulai mengeras dan berwarna. Pendedaran dilakukan menggunakan kurungan bermata 1 mm dengan kedalaman 70-100 cm.
Kepadatan tebar 50-100 ekor/m2 dengan pakan ikan cacah. Rumput laut Gracilaria bisa ditambahkan sebagai pelindung benih lobster. Dalam waktu 3 bulan benih akan mencapai ukuran 5-10 gram dengan kelangsungan hidup 60-90 persen.
"Pembesaran dilakukan menggunakan jaring berukuran 3x3 meter bermata 6 mm atau 12 mm dengan kedalaman 200-300 cm. Kepadatan tebar 10-50 ekor/m2 dengan pakan ikan yang dipotong-potong," ujar Putro.
Seiring dengan pertambahan ukuran, kata dia, lobster dipilah sesuai ukuran untuk mengurangi kanibalisme dan kepadatan dikurangi. Pada umumnya kepadatan lobster ukuran 200 gram adalah 5 ekor/m2, sedangkan lobster ukuran 500 gram adalah 2 ekor/m2.
Dari segi pakan, di India, lobster memakan kepiting dan udang, kerang, rumput laut, ganggang, dan ekhinordermata (Alka, 2016). Sedangkan di Iran memakan kerang, kepiting, siput, teritip, cacing, ikan, ekhinodermata dan ascidian (Mashaii et al., 2011). "Ada berbagai jenis biota yang dapat digunakan sebagai pakan lobster," kata Putro.
Sedangkan tahap panen, lobster untuk dijual dapat dilakukan secara parsial atau total. Panen parsial dilakukan terhadap lobster yang sudah sesuai untuk diperdagangkan, sementara lobster yang masih kecil tetap dipelihara hingga mencapai ukuran komersial.
Ukuran komersial untuk lobster pasir adalah 200 gram yang dicapai setelah kurang lebih 6 bulan pemeliharaan. Untuk Lobster mutiara--primadona jenis lobster di Indonesia--ukuran komersial adalah 350 gram yang dicapai setelah kurang lebih 8 bulan pemeliharaan.
"Dari sebuah kurungan berukuran 3x3x30 meter, menurut penelitian dari Priyambodo & Suastika 2010, pada umumnya dapat dipanen lobster sebanyak 50 kilogram per tahun," kata peneliti LIPI ini.
Sumber: Tempo.co