SUKABUMIUPDATE.com - Mata pelajaran matematika memuat konsep abstrak yang bakal sulit dipelajari apabila tidak dikonkretkan. Siswa difabel netra perlu mendapatkan gambaran konkret tersebut saat belajar matematika.
Ketua Yayasan Mitra Netra, Bambang Basuki mengatakan konsep konkret yang dapat dilakukan guru adalah dengan menggunakan alat peraga dan memberikan kesempatan bagi siswa difabel netra untuk merabanya.
"Mata pelajaran maatematika jauh lebih asyik diikuti lantaran siswa seperti diajak bermain," kata Bambang yang juga praktisi pendidikan inklusi dalam acara Strategi Pembalajaran Matematika Bagi Siswa Disabilitas Netra, seperti dikutip dari Tempo.co, Jumat (13/11/2020).
Beberapa konsep matematika yang diperkenalkan antara lain konsep bilangan, pecahan, bangun datar, ukuran maupun data grafis yang dapat diraba oleh siswa difabel netra. Guru pengajar MIPA khusus difabel netra, Indah Lutfiah menggunakan manik-manik bulat untuk memperkenalkan konsep bilangan, seperti menjumlahkan, mengurangkan, membagi, atau mengkalikan.
"Kami merangkai manik-manik ini sepuluh butir untuk memperkenalkan puluhan, setelah itu mengumpulkan rangkaian untuk memperkenalkan konsep ratusan," kata Indah. Dalam kegiatan merangkai, siswa wajib menghitung satu per satu manik-manik yang dirangkai agar dapat membuktikan hasil akhir konsep matematika tersebut.
Ketika memperkenalkan konsep bangun ruang, Indah menggunakan alat peraga berupa kardus atau alat peraga pabrikan.
"Namun, saat menjelaskan bangun dua dimensi dengan garis putus-putus sebagai pembeda, guru matematika harus membacakan atau menggambarkan secara verbal," kata Indah.
Guru matematika juga dapat memanfatkan bahan peraga yang dibuat dari kardus atau karton untuk belajar konsep lingkaran. Dari karton tebal berbentuk bulat, guru dapat memperkenalkan konsep jari-jari atau diameter dengan meminta siswa meraba. Jangan lupa membubuhkan huruf Braille pada alat atau benda peraga matematika tersebut.
"Kami biasa menggunakan kancing dalam membuat formasi huruf Braille untuk simbol matematika," kata Indah. Penggunaan kancing yang ditempel pada kartu juga membantu siswa mengenali konsep bilangan positif ataupun negatif.
Indah mencontohkan, bagi siswa difabel netra dari kelompok penglihatan lemah atau low vision, guru dapat menggunakan kartu yang ditempel dengan kancing beda warna. Sementara untuk siswa tunanetra total, guru dapat membedakan bentuk kartu berkancing yang dibuat miring pada salah satu sudutnya.
Dosen Teknik Informatika Universitas Pamulang, Lisda Masyitoh mengaatakan mahasiswa difabel netra juga dapat mengikuti perkuliahan ilmu eksakta. Menurut dia, ada beberapa mahasiswa difabel netra yang bergabung dalam Fakultas Ilmu Komputer dan mengikuti mata kuliah kalkulus.
"Bila mereka memiliki dasar matematika yang kuat sejak sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas, kami tak perlu mengulang konsep matematika dasar," katanya. Para mahasiswa difabel netra, Lisda melanjutkan, memiliki daya ingat yang kuat, sehingga mereka mampu mengingat angka tanpa perlu menulisnya.
Sumber: Tempo.co