SUKABUMIUPDATE.com - Badan Kesehatan Dunia atau WHO memperkirakan sudah akan ada vaksin Covid-19 yang akan digunakan luas sebelum tahun baru nanti. WHO berharap kepada 10 kandidat vaksin Covid-19 yang saat ini sudah menjalani uji klinis fase tiga (final) sementara mereka menyaksikan jumlah kasus infeksi penyakit itu yang meroket di belahan bumi utara.
"Perkiraan kami adalah kita akan memiliki hasil dari satu atau dua uji coba vaksin itu sebelum akhir tahun nanti, kemungkinan mulai akhir November," kata ketua tim ilmuwan di WHO, Soumya Swaminathan, pada Jumat 23 Oktober 2020.
Berbicara dua kali di webinar mingguan yang diselenggarakan WHO, Swaminathan menjelaskan hasil yang dimaksud adalah capaian standar minimum hasil penetapan regulator untuk setidaknya vaksin tersebut bisa digunakan luas secara darurat.
Standar minimum itu berarti telah memenuhi efikasi yang diharapkan namun datanya masih terbatas soal keselamatan. Swaminathan menyebutnya sebagai emergency use authorization. "Jadi sekarang, berdasarkan itu, para regulator akan memutuskan apa yang harus dilakukan," katanya.
Karenanya pula, Swaminathan mengatakan ekspektasi dari penggunaan vaksin itu nanti harus juga diseimbangkan. "Karena kita tahu tingkat kesuksesan dari uji coba vaksin hanya 10 sampai 20 persen," kata dia.
Sisi menguntungkan adalah ada beberapa kandidat vaksin Covid-19 yang sedang diuji yang membuka peluang kesuksesan. "Tapi kita juga harus siap menerima kegagalan," katanya lagi.
Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dunia kini berada pada 'masa kritis' dalam pandemi, terutama di belahan Bumi utara. Beberapa bulan ke depan diperkirakannya akan sangat berat dan beberapa negara disebutnya berada di jalur yang berbahaya.
"Kita masih berada pada Oktober," kata Tedros merujuk kepada kekhawatiran pandemi meledak lagi di musim dingin karena adanya wabah flu musiman. "Tapi ada terlalu banyak negara yang mencatat laju eksponensial jumlah kasus baru, dan itu telah membimbing kepada situasi di mana rumah sakit dan ICU penuh sesak."
Dia mendesak para pemimpin negara-negara untuk mengambil langkah cepat mencegah tingkat kematian lebih tinggi, ambruknya layanan kesehatan, dan penutupan sekolah-sekolah lagi. Tedros memberi catatan pada alat bantu pernapasan ventilator yang paling dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien Covid-19.
Diperkirakannya, negara-negara miskin hanya memiliki 5-20 persen ventilator yang dibutuhkan untuk merawat pasien Covid-19 di negara masing-masing. "Sepanjang pandemi, kebutuhan oksigen meningkat eksponensial," kata Tedros.
Sumber: Tempo.co