SUKABUMIUPDATE.com - Tim mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) menggagas plastik khusus untuk membungkus jenazah pasien Covid-19. Prinsipnya plastik itu kuat dipakai, namun bisa terurai di tanah sehingga ramah lingkungan.
Idenya meraih juara ketiga kategori Agrokompleks di ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional 2020 di Universitas Brawijaya yang berlangsung sejak Mei hingga September lalu.
Plastik ramah lingkungan yang digagas Adira Rahmawaty, Muhammad Ilfadry Rifasta, dan Salsa Sagitasa, itu berbahan dasar pati singkong. Bersama dosen pembimbing Aliya Nur Hasanah, mereka mencari formula baru agar plastik dari pati singkong bisa lebih kuat. “Plastik pati singkong sekarang ini rata-rata rapuh dan mudah sobek,” ujar Adira seperti dikutip dari laman Tempo.co, Rabu, 14 Oktober 2020.
Protokol kesehatan yang ketat mewajibkan jenazah pasien positif Covid-19 dibungkus plastik untuk mengantisipasi infeksi virus pada orang lain. Masalahnya plastik yang dipakai butuh waktu sangat lama agar bisa terurai. “Butuh waktu paling cepat 100 tahun,” ujarnya. Potensi pencemaran lingkungan kian meningkat seiring pertambahan jenazah pasien Covid-19.
Berdasarkan tinjauan dari jurnal penelitian yang ada, plastik dari pati singkong akan terurai dalam waktu 12 hari untuk ukuran 1 milimeter. Jika berukuran 2 meter persegi untuk membungkus jenazah, waktu penguraian plastiknya diperkirakan tuntas dalam enam bulan.
Adapun proses pembuatan plastik itu secara teori, menurut Adira, dengan mencampurkan bahan pati singkong sebanyak 12 gram dengan zat-zat tambahan yang dimodifikasi seperti kitosan 6%, gliserol 45%, minyak kayu manis 10%, sorbitol 6%, dan aloevera 2%. “Campuran itu kemudian dipanaskan dengan suhu 80-90 derajat Celcius,” katanya saat dihubungi, Rabu 14 Oktober 2020.
Setelah mendidih, campuran bahan tadi dituangkan dalam cetakan dan dikeringkan dalam oven. Suhunya berkisar 35-45 derajat Celcius selama 24 jam. Selanjutnya bahan dipindahkan ke wadah khusus desikator untuk pendinginan dan pembentukan film plastik. “Ini masih perlu penelitian lebih lanjut lagi karena kami mengerjakannya masih secara analisis literatur.”
Sumber: Tempo.co