SUKABUMIUPDATE.com - Ilmuwan tidak bisa mengkarakteristik secara pasti gempa seperti apa yang akan diikuti tsunami. “Setiap tsunami itu unik, karakteristiknya setelah gempa tidak sama,” kata Abdul Muhari, anggota tim riset potensi gempa besar dan tsunami selatan Jawa yang dimotori peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dilansir dari Tempo.co, menurut Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu, ada pengalaman bagus sebagai pelajaran bersama. Di Pulau Mentawai pada 2007 terjadi gempa besar bermagnitudo 8,6. “Guncangannya sangat kuat tapi tsunaminya sangat kecil,” ujarnya, Kamis, 1 Oktober 2020.
Sementara lindu dan tsunami 2010 di Mentawai mekanisme gempanya berbeda lagi. Pada 25 Oktober 2010, pukul 21.42 WIB terjadi gempa bermagnitudo 7,2 di Kepulauan Mentawai. Gempa berlangsung sekitar 30 detik lalu datang tsunami setinggi 1 hingga 15 meter yang menerjang kawasan Kepulauan Pagai-Mentawai.
BNPB mencatat kejadian itu menewaskan 400 orang lebih dan 15 ribu warga harus mengungsi. “Waktu 2010 itu gempanya lemah, tapi tiba-tiba 8 menit kemudian tsunami 12-15 meter menghantam,” kata Muhari.
Sementara pengalaman 2007 gempa kuat tidak menimbulkan tsunami besar. Namun begitu, kata Muhari, ada sebuah faktor yang bisa menjadi pegangan untuk kesiapsiagaan masyarakat, khususnya warga pesisir pantai. Biasanya gempa yang diikuti tsunami itu pelepasan energinya lama.
“Jika merasakan gempa lemah atau kuat tapi guncangannya menerus lebih dari 20 detik, itu adalah saat yang tepat untuk memulai evakuasi.”
Sumber: Tempo.co