SUKABUMIUPDATE.com - Sebuah makalah penelitian yang diterbitkan Jurnal Nature Astronomy baru-baru ini mengungkap adanya tanda kehidupan di Planet Venus. Pada penelitian itu, para peneliti mendeteksi adanya gas fosfin di sebuah awan yang berjarak 50 km dari Venus yang diyakini sebagai jejak kehidupan.
Melansir Tempo.co dari BBC, pada Selasa, 15 September 2020, astronom dari Universitas Cardiff di Wales yang juga penulis utama makalah penelitian tersebut, Jane Greaves, mengatakan belum ada yang menemukan jalur abiotik menuju ke fosfin di Venus tersebut. Dengan kata lain, ada kemungkinan fosfin tersebut berasal dari proses alami sehingga memungkinkan adanya kehidupan.
Meskipun demikian, Greaves masih membuka kemungkinan terkait adanya kekeliruan pada penelitiannya tersebut. “Saya pikir ini mungkin (ada kehidupan), tapi kami benar-benar mendorong peneliti lain untuk mengulas apa yang mungkin kami lewatkan dalam penelitian tersebut. Makalah dan data kami terbuka,” ujar Greaves, dikutip dari BBC.
Hal senada juga diungkapkan ahli astrofisika molekuler Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang juga salah satu penulis makalah tersebut, Clara Sousa-Silva. Seperti diberitakan Reuters, menurut Sousa-Silva, indikasi bahwa ada kehidupan di Venus harus menjadi indikasi terakhir. Meskipun demikian, dia juga belum punya alasan lain mengenai keberadaan fosfin di Venus selain adanya kehidupan.
“Meskipun terdengar fantastis, untuk saat ini penjelasan yang paling masuk akal mengenai keberadaan fosfin di venus ialah adanya kehidupan. Kalau itu benar, artinya kita (manusia bumi) tidak hidup sendirian,” ujar Sousa-Silva dikutip dari Reuters.
Fosfin sendiri merupakan sebuah molekul yang terdiri dari satu atom fosfor dan tiga atom hidrogen. Meskipun para peneliti tidak menemukan bentuk kehidupan yang dimaksud di Bumi, fosfin sering dikaitkan dengan adanya kehidupan, khususnya di tempat yang minim oksigen seperti rawa.
Untuk meneliti fosfin yang ada di Venus, Greaves dan beberapa timnya menggunakan teleskop James Clerk untuk pengamatan awal di Hawaii. Setelah itu, mereka beralih ke Chili dan menggunakan teleskop radio Atacama Large Millimeter/submillimeter Array untuk memastikan lokasi fosfin tersebut.
Sumber: Tempo.co