SUKABUMIUPDATE.com Hujan es terjadi di Desa Kadudampit, Sukabumi, pada Minggu, 23 Agustus 2020, pukul 15.45 WIB. Peneliti atmosfer Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) LAPAN Wendi Harjupa menerangkan kejadian hujan es itu disebabkan oleh awan Cumulonimbus (Cb) yang terbentuk oleh adanya uap air yang dibawa oleh angin dari laut, dari arah selatan dan arah barat.
Dilansir dari Tempo.co, menurut Wendi, uap air ini terangkat oleh adanya hambatan dari Gunung Pangrango. "Pengangkatan uap air itu berubah menjadi awan karena adanya proses kondensasi dan selanjutnya terbentuk butiran-butiran es," ujar dia dalam keterangan yang diunggah di akun Instagram @pstalapan, Senin, 24 Agustus 2020.
Hujan es tersebut terpantau oleh pengamatan satelit milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Himawari-8. Hasil pengamatannya bisa dilihat melalui aplikasi Satellite-Based Disaster Early Warning System (SADEWA), salah satu decision support system (DSS) yang dibangun para peneliti di PSTA-LAPAN.
Selanjutnya, Wendi yang juga anggota Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TREAK) menjelaskan, butiran air berubah menjadi kristal es pada ketinggian tertentu (0 derajat Celcius). Menurutnya, pembentukan awan sampai menjadi kristal es diperkirakan terjadi pada pukul 14.00-15.00 WIB.
Awan Cb yang terbentuk dalam waktu singkat menghasilkan hujan deras atau biasa disebut dengan hujan orografi, sehingga partikel es atau biasa disebut ice pallets yang terbentuk di atmosfer tidak sempat berubah menjadi air hujan. "Setelah terjadinya hujan es, pada pukul 16.00 WIB terlihat awan-awan menguap dan menyebar ke daerah yang lebih luas," kata Wendi.
Sumber: Tempo.co