SUKABUMIUPDATE.com - Tidak sedikit masyarakat yang mengintegrasikan akun Gmail pribadinya dengan aplikasi atau layanan untuk ponsel androidnya.
Tidak dipungkiri, hal tersebut memang memudahkan aktivitas digital pengguna Gmail, seperti mengolah media sosial bahkan bermain game. Tapi, di balik kemudahan tersebut, terdapat potensi bahaya yang mengancam pengguna Gmail itu sendiri, yaitu peretasan.
Seperti diberitakan Tempo.co, peretasan yang cukup merugikan sering terjadi, misalnya peretasan akun twitter yang dialami oleh Epidemiolog, Pandu Riono, beberapa waktu lalu.
Melansir Indian Express, pada Senin, 24 Agustus 2020, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan pengguna Gmail untuk mencegah peretasan terhadap akun Gmailnya, antara lain;
Gunakan kata sandi yang kuat dan unik
Kata sandi yang lemah sangat rentan mendapat serangan dari pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Serangan sederhana seperti SQL atau brute force sudah cukup untuk membobol sandi lemah tersebut. Pengguna Gmail sebaiknya menggunakan sandi yang terdiri dari frase acak dengan lebih dari delapan karakter yang meliputi angka, huruf kapital, huruf kecil, dan karakter khusus.
Gunakan Two Factor Authentication (2FA)
Menggunakan 2FA akan menambah perlindungan lebih terhadap akun Gmail. Dengan fitur ini, selain sandi, pengguna membutuhkan One Time Password (OTP) untuk mengakses akun Gmailnya. OTP sendiri akan dikirim ke perangkat pribadi pengguna sehingga sangat kecil kemungkinan OTP tersebut bocor.
Tambahkan opsi pemulihan akun
Dengan bantuan opsi pemulihan akun, pengguna dapat memblokir upaya pembobolan akun Gmailnya oleh orang lain. Gmail akan memberikan pemberitahuan mengenai akses yang dilakukan dengan akun Gmail milik pengguna.
Hapus akses dari aplikasi tidak penting
Pemberian izin akses pada aplikasi pihak ketiga berpotensi membocorkan data pribadi pengguna Gmail, terlebih jika aplikasi pihak ketiga tersebut diretas. Pengguna Gmail sebaiknya berhati-hati dalam memilih aplikasi ketiga. Selain itu, penghapusan akses terhadap aplikasi yang tidak penting juga perlu dilakukan, hal tersebut untuk mencegah hal-hal buruk yang tidak diinginkan.
Gunakan Browser terpercaya dan terbaru
Penggunaan browser yang tidak aman dan terpercaya dapat menjebak pengguna ke dalam serangan phishing. Peretas biasanya akan menempelkan perangkat lunak khusus pada peramban atau situs web sebagai jebakan. Ketika pengguna mengklik jebakan tersebut, data pribadi miliknya akan segera terkirim ke peretas.
Abaikan surat elektronik (surel) yang mencurigakan
Selain ditempel di peramban dan situs web, jabakan phishing juga kerap dikirim melalui surel. Hal tersebut dilakukan peretas untuk mendapat akses ke akun surel sasarannya. Pengguna layanan surel sebaiknya memperhatikan setiap surel yang masuk serta mengabaikan pesan yang dirasa mencurigakan.
Sumber: Tempo.co