SUKABUMIUPDATE.com - Sebagian warga di daerah perbatasan Cimahi-Bandung, Jawa Barat, dikejutkan oleh hujan badai disertai butiran es selama kurang dari 30 menit, Rabu, 12 Agustus 2020.
Sayang, sistem peringatan dini bencana berbasis satelit yang digunakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Lapan (LAPAN) gagal menangkap fenomena itu karena keterbatasan resolusi.
"Karena komputasi yang dibutuhkan butuh resolusi spasial sangat tinggi," ujar peneliti di Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN, Erma Yulihastin, dikutip dari Tempo.co, Kamis 13 Agustus 2020.
Menurut Erma, cuaca ekstrem yang singkat seperti itu masih sulit diprediksi tapi masyarakat sebenarnya bisa langsung mengenali dari pertanda alamnya. Pengamatan, Erma menjelaskan, dimulai dari melihat awan pagi. "Jika ada jenis awan nimbostratus, maka hujan pada siang," katanya.
Awan nimbostratus itu seperti kabut atau mendung yang merata keabuan di langit. “Kalau untuk tanda ekstrem bisa diamati dari perubahan cepat dari cerah lalu mendung,” ujarnya menambahkan.
Tanda lain yaitu ada bagian langit yang terang dan gelap berdampingan. Bagian terangnya lebih sedikit dan dikelilingi oleh awan gelap.
Kondisi angin juga bisa menjadi pertanda kemunculan cuaca ekstrem. “Angin tiba-tiba kencang sementara masih belum ada tanda-tanda hujan, biasanya segera diikuti oleh langit yang meredup dan gelap,” katanya sambil menambahkan cuaca yang bisa muncul kemudian seperti hujan badai atau hujan yang diiringi angin kencang.
Sumber: Tempo.co