SUKABUMIUPDATE.com - Para peneliti sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari adanya pengaruh signifikan pada perubahan tingkah laku dan pergeseran habitat pesut mahakam (Orcaella brevirostris). Dilansir dari tempo.co, peneliti mamalia laut, Sekar Mira, mengungkap itu dalam laman resmi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 25 Juli 2020.
Menurut Mira, aktivitas tambang dan perahu angkut muatnya yang lalu lalang menyebabkan pergeseran habitat pesut atau lumba-lumba air tawar itu dari area hulu Sungai Mahakam. "Tentu dengan pergeseran ini ada perbedaan parameter perairan dan komposisi mangsa yang tersedia," kata peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tersebut.
Meningkatnya jumlah limbah sampah di sekitaran habitat pesut juga disebutnya mengancam keselamatan pesut sehingga populasi pesut terus berkurang. Seperti diketahui, International Union of Conservation Nature and Natural Resources (IUCN) menetapkan pesut mahakam sebagai satwa kritis dan terancam punah. Artinya, angka populasi pesut mahakam di alam bebas sudah sulit dipertahankan.
"Ada pesut yang mati terdampar ketika diotopsi ternyata ada popok anak yang memblok saluran cernanya, parahnya popok makin terisi air makin besar dan menyumbat," ujar Mira.
Mira menuturkan nasib pesut mahakam kini setelah viral video kemunculan beberapa ekor lumba-lumba itu di sekitar Muara Kaman, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Video berdurasi tak sampai semenit itu diunggah di media sosial Twitter pada 20 Juli lalu.
Mira membenarkan bahwa hewan air yang terekam itu pesut mahakam yang juga dikenal irrawaddy dolphin. Namun dia menerangkan kemunculan pesut mahakam bukanlah hal yang aneh karena daerah itu sejatinya merupakan habitat asli pesut mahakam.
"Fenomena ini menjadi menarik perhatian karena populasi mamalia air tawar tersebut kian langka," ujar dia lagi sambil menambahkan, pesut mahakam termasuk ke dalam ordo Cetacea dan famili Delphinidae. "Saat ini, pesut di sekitar Sungai Mahakam dan pesisir wilayah Kalimantan Timur memiliki semacam kelompok atau terpisah teritorialnya."
sumber: tempo.co