SUKABUMIUPDATE.com - Sebuah kajian menunjukkan bahwa penetapan kawasan-kawasan lindung yang dilakukan lebih banyak dari yang ada saat ini akan memberi manfaat secara finansial dan ekonomi secara global. Keuntungannya melampaui biaya yang dikeluarkan dengan rasio minimal 5:1.
Mengutip Tempo.co, kajian komprehensif mengenai dampak-dampak ekonomi dari menerapkan kebijakan perlindungan lingkungan hidup tersebut melibatkan lebih dari 100 ekonom dan ilmuwan. Kajian dilakukan dengan memperhitungkan berbagai skenario dari melindungi minimal 30 persen wilayah daratan dan lautan dunia.
“Laporan kami menunjukkan bahwa perlindungan alam dalam ekonomi masa kini menghasilkan lebih banyak pemasukan dibandingkan alternatifnya dan kemungkinan menambah pemasukan bagi pertanian dan kehutanan. Juga dapat menolong mencegah perubahan iklim, krisis air, kerusakan biodiversitas dan munculnya penyakit,” kata Anthony Waldron dalam keterangan yang diterima, Kamis, 9 Juli 2020.
“Meningkatkan perlindungan lingkungan adalah kebijakan baik bagi pemerintah yang sedang mengakomodasi berbagai kepentingan. Anda tidak bisa memberi label harga pada alam, namun angka-angka ekonomi telah menunjukkan pentingnya perlindungan alam,” tambahnya.
Hasil kajian yang diterbitkan The Campaign for Nature (CFN) itu memaparkan bukti baru bahwa sektor perlindungan lingkungan mendorong pertumbuhan ekonomi, memberikan keuntungan-keuntungan nonmoneter, dan merupakan kontributor netto dari ekonomi global yang lebih tangguh.
Temuan-temuan tersebut mengikuti bukti-bukti ilmiah yang terus bermunculan bahwa paling sedikit (minimal) 30 persen dari daratan dan lautan dunia harus dilindungi untuk menghadapi ancaman mengkhawatirkan dari kehancuran lingkungan hidup, yang sekarang membuat sekitar satu juta spesies terancam kepunahan.
Dengan data ekonomi dan ilmiah yang jelas, maka momentum untuk persetujuan global yang bersejarah mengenai target perlindungan 30 persen menjadi semakin mendekat.
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Keragaman Hayati telah menyertakan target perlindungan 30 persen kawasan lindung ini pada draf strategi 10 tahun, yang diharapkan untuk difinalisasi dan disetujui oleh Konvensi 196 pihak pada tahun depan di Kunming, Cina.
Kajian independen berjudul “Protecting 30% of the planet for nature: costs, benefits and economic implications” itu adalah analisis yang pertama kali dilakukan mengenai dampak-dampak kawasan lindung pada berbagai sektor perekonomian, termasuk pertanian, perikanan, dan kehutanan sebagai tambahan kepada sektor perlindungan lingkungan.
Hasil kajian tersebut mengukur dampak-dampak finansial dari kawasan lindung kepada ekonomi global dan keuntungan-keuntungan non moneter seperti jasa-jasa lingkungan, termasuk mitigasi perubahan iklim, perlindungan banjir, penyediaan air bersih dan konservasi tanah. Dalam semua perhitungan, para ahli menemukan bahwa keuntungan-keuntungannya lebih besar ketika alam lebih dilindungi dibandingkan dengan mempertahankan status quo.
Para penulis laporan kajian menemukan bahwa untuk mendapatkan manfaat-manfaat utama dari melindungi 30 persen dari daratan dan lautan dunia, membutuhkan rata-rata investasi tahunan sekitar US$ 140 miliar pada 2030. Saat ini masyarakat internasional berinvestasi hanya sekitar US$ 24 miliar per tahun pada kawasan-kawasan lindung.
“Investasi ini sangat minim dibanding keuntungan-keuntungan ekonomi yang akan dihasilkan kawasan-kawasan lindung tambahan dan dibanding dukungan finansial yang lebih besar untuk sektor-sektor lain,” kata Enric Sala, co-author dari kajian tersebut, explorer-in-residence di National Geographic Society dan penulis dari buku yang akan terbit The Nature of Nature: Why We Need the Wild (Agustus 2020).
“Berinvestasi untuk melindungi alam hanya akan mencapai kurang dari sepertiga dari jumlah yang negara-negara belanjakan untuk subsidi-subsidi pada kegiatan-kegiatan yang merusak alam. Jumlahnya akan sekitar 0,16 persen dari GDP global dan membutuhkan investasi lebih sedikit dibandingkan yang dibelanjakan dunia pada video games setiap tahun.”
Sumber: Tempo.co