SUKABUMIUPDATE.com - Fosil telur raksasa sepanjang 11 inci atau 27,5 sentimeter ditemukan di Antartika. Ahli ilmu bumi percaya bahwa telur itu berasal dari reptil monster laut seukuran dinosaurus dengan panjang tujuh meter yang hidup 66 juta tahun lalu.
Sekalipun diyakini dari induk seukuran dinosaurus, cangkang telur itu sama sekali tidak seperti telur dinosaurus yang dikenal. Telur terukur kedua terbesar setelah ukuran telur Burung Gajah Madagaskar yang sudah punah itu diduga milik kadal laut kuno yang dikenal sebagai mosasaur.
Di tempat ditemukannya telur itu, ditemukan juga fosil mosasaurus dan mahluk laut prasejarah lainnya yang disebut plesiosaurus, baik bayi maupun dewasa.
Lucas Legendre, ahli geosains dari University of Texas, Amerika Serikat, mengatakan telur itu paling mirip dengan telur kadal dan ular. "Telur itu milik seekor monster yang panjangnya setidaknya 7 meter, reptil laut raksasa," katanya, seperti dikutip dari laman Daily Mail, Rabu 17 Juni 2020.
Selain ukurannya yang mencengangkan, penemuan telur ini menggugat dugaan selama ini bahwa hewan laut raksasa dari masa sebelum dinosaurus bukan hewan bertelur. Menurut Julia Clarke, juga dari University of Texas, fosil telur cangkang lunak yang hampir lengkap itu telah mengubah pemahaman tentang mahluk-mahluk hidup pada masa itu.
Proporsi dan cangkangnya yang tipis--tidak memiliki lapisan luar kristal--menunjukkan induknya adalah predator 'ovoviviparous', yang berarti telur berkembang di dalam tubuh dan menetas setelah diletakkan. "Induk yang bertelur ini, yang disebut Antarcticoolithus bradyi, telah melahirkan anaknya dengan selamat."
Temuan yang diterbitkan di jurnal Nature itu digali dari Formasi Pulau Seymour Lopez de Bertodano, yang merupakan bagian dari semenanjung Antartika. Di formasi pulau ini, pada zaman prasejarah, disebut bebas dari es dan lebih hangat, dengan hutan yang menutupi sebagian besar daratan.
"Banyak penulis berpendapat bahwa ini adalah semacam situs pembibitan yang terlindungi air yang dangkal, lingkungan teluk di mana yang muda akan memiliki lingkungan yang tenang untuk tumbuh," ujar Legendre.
Telur itu disebut kemungkinan menetas di perairan terbuka seperti halnya kebiasaan beberapa spesies ular laut. Atau bisa saja diendapkan di pantai, dan menetas seperti bayi penyu. Namun pendekatan peletakan di pantai akan tergantung pada beberapa manuver induknya.
Reptil laut raksasa dianggap terlalu berat untuk menopang badan mereka di darat. Bertelur juga akan membutuhkan reptil induk menggeliat ekornya di pantai sementara sebagian besar tetap terendam oleh air. "Kami tidak bisa mengesampingkan dugaan bahwa mereka mendorong ekornya ke pantai karena tidak ada yang seperti ini yang pernah ditemukan," kata Clarke.
Sebuah analisis telah menetapkan spesimen tersebut sebagai fosil telur pertama yang ditemukan di Antartika dan mendorong batas pada seberapa besar telur cangkang lunak dapat tumbuh. Dengan memakai serangkaian mikroskop untuk mempelajari sampel, Legendre menyimpulkan beberapa lapisan membran yang mengkonfirmasi bahwa fosil itu memang telur.
"Strukturnya sangat mirip dengan telur transparan dan cepat menetas seperti yang diletakkan oleh beberapa ular dan kadal saat ini," kata Legendre.
sumber: tempo.co