SUKABUMIUPDATE.com - Satelit Solar Orbiter (SolO) yang mengamati Matahari milik Badan Antariksa Eropa (ESA) telah menyelesaikan jalur pendekatan pertamanya ke Matahari pada 15 Juni. Wahana antariksa itu berada 77 juta km dari permukaan Matahari.
Solar Orbiter yang diluncurkan pada 10 Februari 2020 ditujukan untuk melakukan pengukuran terperinci heliosfer, angin Matahari, dan melakukan pengamatan dekat dari wilayah kutub Matahari.
Pengorbit Matahari itu diharapkan untuk mengambil gambar terdekat dari Matahari yang akan diterbitkan dalam waktu sekitar satu bulan. Selama beberapa minggu ke depan, semua instrumen ilmiahnya juga akan diuji.
"Kami tidak pernah mengambil gambar Matahari dari jarak yang lebih dekat dari ini. Memang ada gambar close-up Matahari yang diambil oleh Daniel K. Inouye Solar Telescope di Hawaii pada awal tahun ini. Tetapi itu diambil dari Bumi, di mana teleskop masih terhalang antara atmosfer. Dengan pendekatan terdekat, kami bisa melihat sebagian kecil dari spektrum Matahari dari luar angkasa," ucap Daniel Müller, ilmuwan dalam proyek Solar Orbiter, seperti dikutip dari IFL Science pada Selasa (16/6/2002).
Solar Orbiter kini telah memasuki fase pelayaran yang akan berlangsung hingga November 2021. Wahana antariksa itu akan melewati Venus dan Bumi beberapa kali hingga ditempatkan pada orbit dengan jarak dekat 42,5 juta km pada Matahari.
"Ini pertama kalinya instrumen kami beroperasi pada jarak yang sangat dekat dari Matahari, memberikan kami wawasan unik tentang struktur dan komposisi angin Matahari," kata Yannis Zouganelis, wakil ilmuwan proyek Solar Orbiter.
Solar Orbiter tidak akan berada dalam jarak yang sangat dekat pada Matahari seperti Parker Solar Probe milik NASA, tetapi Solar Orbiter dengan kelengkapan kamera akan menjadi instrumen terdekat pernah dikirim ke arah Matahari.
Alasan mengapa Parker Solar Probe tidak dilengkapi kamera adalah: energi Matahari dalam jarak sedekat itu akan membakar pesawat luar angkasa, jika dapat menembus perisai panas. Sedangkan peletakan lubang kamera sendiri akan menjadi petaka.
sumber: suara.com