SUKABUMIUPDATE.com - Epidemiolog dari Rockefeller University Knut M. Wittkowski mengatakan bahwa platform video YouTube telah menghapus videonya yang mengkritik kebijakan organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Dilansir dari tempo.co, dia mencela kebijakan jaga jarak, dan mengatakan hal itu hanya memperpanjang keberadaan virus dan menganggap karantina wilayah tidak perlu dilakukan.
Wittkowski, 65 tahun, mengaku bahwa videonya yang dihapus sudah ditonton lebih dari 1,3 juta kali. Pria yang dijuluki kritikus ganas terhadap kebijakan lawan Covid-19 itu percaya bahwa virus corona harus dilawan dengan herd immunity. "Vaksin hanya tersedia ketika pandemi berakhir dan setelah cukup banyak menyebar," ujar dia, seperti dikutip laman New York Post, Sabtu, 16 Mei 2020.
Dalam video itu, pemegang dua gelar doktor, ilmu komputer dan biometri medis, itu mengatakan sekitar 80 persen dari orang-orang perlu melakukan kontak dengan virus, karena mayoritas dari mereka bahkan tidak akan menyadari ketika mereka terinfeksi.
"Saya baru saja menjelaskan itu, dan tidak tahu mengapa itu dihapus," kata dia. "Mereka tidak memberitahu. Mereka hanya mengatakan itu melanggar standar komunitasnya. Tidak ada penjelasan untuk standar itu atau standar apa yang dilanggar."
Dalam artikel dan wawancara di seluruh kanal berita, Wittkowski menyamakan Covid-19 dengan flu yang buruk. Itu kemungkinan membuat videonya menjadi target dari YouTube, yang mengatakan pada bulan April akan menghapus informasi bermasalah tentang pandemi Covid-19.
CEO YouTube Susan Wojcicki mengatakan apa pun yang bertentangan dengan rekomendasi WHO akan menjadi pelanggaran terhadap kebijakan platform besutan Google itu. "Karenanya penghapusan adalah bagian lain yang sangat penting dari kebijakan kami," kata Wojcicki kepada CNN.
Argumen Wittkowski dalam video yang diproduksi oleh perusahaan film Inggris Journeyman Pictures itu adalah pendapat minoritas di antara rekan-rekannya. Namun, masih dalam pemikiran arus utama dan saat ini merupakan dasar untuk pendekatan pelonggaran karantina wilayah di Swedia dalam menghadapi pandemi.
Direktur eksekutif kelompok darurat kesehatan WHO, Mike Ryan, menolak argumen Wittkowski. "Itu perhitungan yang benar-benar berbahaya, berbahaya," tutur Ryan menanggapi Wittkowski.
Rockefeller University, tempat Wittkowski bekerja selama 20 tahun juga merilis pernyataan yang tegas dan berseberangan dengannya bulan lalu.
Bukan hanya YouTube yang melalukan sensor terhadap konten-konten keliru mengenai Covid-19, beberapa media sosial seperti Facebook dan Twitter juga melakukannya. Salah satunya dua komentar yang diunggah Presiden Brasil Jair Bolsonaro.
"Kami telah memperluas definisi bahaya untuk menangani konten yang bertentangan langsung dengan sumber otoritatif informasi kesehatan masyarakat global dan lokal," kata Twitter pada April tak lama setelah menghapus dua unggahan Bolsonaro.
Pada bulan yang sama Facebook mengakui bahwa mereka telah bekerja dengan pemerintah negara bagian di California, New Jersey dan Nebraska, Amerika Serikat untuk menghapus halaman yang berkaitan dengan acara anti-karantina wilayah.
Sumber: Tempo.co