SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah negara termasuk salah satunya Indonesia kini telah memasukai musin panas. Kabar ini mungkin dinantikan banyak orang mengingat beberapa pendapat menagatakan di musim panas pandemi virus coroa atau Covid-19 akan mereda.
Dilansir dari suara.com, tapi sebuah penelitian baru-baru ini menyimpulkan bahwa penyebaran virus SARS CoV 2 tidak terkait dengan suhu udara. Sebagaimana diwartakan laman Medical News Today, Rabu (13/5/2020).
Dalam penelitian ini ilmuwan fokus terhadap data yang diperoleh di masing-masing daerah terdampak Covid-19 lalu mendokumentasikannya. Pendataan dilakukan selama 2 minggu dengan rentan waktu yang berbeda.
Peneliti kemudian menemukan minggu pertama 7 hingga 13 Maret 2020, dari hasil catatan garis lintang, suhu, kelembaban, penutupan sekolah, dan pembatasan jarak fisik.
Minggu kedua, diberi jarak 14 hari untuk mengukur masa inkubasi. Pendataan dilakukan pada 21 hingga 27 Maret 2020 dengan mengukur variabel yang sama seperti minggu pertama.
Hasilnya tidak seperti penelitian sebelumnya, yang menyatakan suhu berperan besar mengurangi virus. Tapi hasil penelitian ini berkata sebaliknya.
"Kami telah melakukan penelitian pendahuluan yang mengatakan baik lintang, maupun suhu dapat berperan (penyebaran virus). Tetapi ketika kami mengulangi kembali penelitian dengan metode yang jauh lebih ketat kami mendapat hasil sebaliknya," ujar Dr. Peter Juni selaku peneliti dari University of Toronto, Kanada.
Kini, didapatkan hubungan antara virus dan suhu sangatlah absolut atau hampir pasti. Tapi setelah diteliti hubungnya melemah, meski begitu peneliti yakin faktor suhu dan kelembaban tetap memiliki peran, meski tidak besar.
"Musim panas tidak akan membuat (virus) ini pergi, itu yang harus orang tahu. Tapi jika melihat intervensi kesehatan seperti menjaga jarak dan menutup tempat publik. Ini sangatlah besar dampaknya memperlambat epidemi," ujar peneliti lain, Prof. Dionne Gesink.
Sumber : suara.com