SUKABUMIUPDATE.com - Penyebaran virus corona atau Covid-19 melalui udara sempat ramai diberitakan beberapa waktu lalu. Namun kini, para ilmuwan menemukan bukti bawah virus corona bisa menyebar melalui udara.
Melansir dari suara.com, virus yang teridentifikasi di udara itu memiliki diameter lebih kecil dari satu per sepuluh ribu inci. Hal tersebut sebelumnya telah dibuktikan dalam percobaan laboratorium.
Tetapi sekarang para ilmuwan Cina melaporkan bahwa mereka menangkap tetesan kecil yang mengandung genetik virus di udara dua rumah sakit di Wuhan, Cina. Temuan itu dipublikasikan di jurnal Nature pada Senin (27/4).
Masih belum diketahui apakah virus yang ditemukan bisa menularkan Covid-19. Tetapi droplet tetap berisiko tinggi menularkan dan dihirup oleh orang lain.
"Mereka akan mengapung di udara setidaknya selama dua jam. Ini sangat menunjukkan bahwa ada potensi untuk transmisi udara," kata Linsey Marr, seorang profesor teknik sipil dan lingkungan di Virginia Tech melansir dari New York Times.
Dr. Marr dan ilmuwan lainnya mengatakan, bukti semakin meningkat bahwa virus corona disebarkan melalui aerosol. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sejauh ini masih meragukan hal tersebut.
Menurut WHO, penularan Covid-19 melalui droplet yang tidak bersifat aerosol atau melalui sentuhan permukaan yang terkontaminasi. Meski begitu, temuan baru para peneliti tersebut tidak serta merta menyelesaikan masalah.
Meskipun virus corona bersifat RNA dan terdeteksi di aerosol, para ilmuwan belum tahu apakah virus tersebut tetap menular atau apakah tes hanya mendeteksi fragmen virus yang tidak berbahaya.
"Bagian yang hilang adalah replikasi virus," kata Harvey V. Fineberg, yang memimpin Komite Tetap untuk Penyakit Menular yang Muncul dan Ancaman Kesehatan Abad 21 di Akademi Sains, Teknik, dan Kedokteran Nasional.
Menguatkan Temuan Sebelumnya
Pada Februari dan Maret, para ilmuwan mengumpulkan sampel di Rumah Sakit Renmin Universitas Wuhan dan di fasilitas medis sementara yang digunakan untuk karantina dan merawat pasien dengan gejala ringan.
Mereka juga melakukan pengujian udara di area umum sekitar Wuhan, termasuk bangunan tempat tinggal, supermarket, dan dua department store. Sangat sedikit virus terdeteksi di udara ruangan isolasi atau di kamar pasien rumah sakit, yang berventilasi baik.
Tetapi konsentrasi tinggi diukur di area toilet kecil, sekitar satu meter persegi, yang tidak berventilasi.
"Ini semacam menekankan pentingnya menghindari ruang terbatas kecil," kata Dr. Marr.
Para peneliti juga mendeteksi virus menyebar secara aerosol di tempat tim medis menanggalkan pakaian pelindung mereka. Tempat itu menunjukkan bahwa virus yang menempel di APD bisa jatuh ke udara.
Namun hal itu telah berkurang setelah rumah sakit menerapkan prosedur pembersihan yang lebih ketat.
Data di Wuhan semakin menguatkan temuan oleh Pusat Medis Universitas Nebraska, di mana peneliti lain juga menyebut bahwa RNA virus corona ada di udara serta di permukaan kamar. Penelitian itu, yang masih dalam proses peninjauan sebelum dipublikasikan dalam jurnal, tidak menentukan ukuran tetesan.
Tetapi kehadiran RNA dari virus di lokasi-lokasi terpencil, seperti di bawah tempat tidur dan kusen jendela, juga kemungkinan terbawa di sekitar ruangan melalui arus udara.
Dalam makalah mereka, para peneliti Nebraska mendeteksi keberadaan RNA virus corona, tetapi kemungkinan terjadinya penularan belum terdeteksi. Dalam percobaan tambahan, para ilmuwan berusaha menumbuhkan virus untuk menentukan apakah mereka mampu menginfeksi manusia.
"Kami telah membuat banyak kemajuan dalam beberapa minggu terakhir. Saya benar-benar berharap bahwa kita akan mulai bisa mengatakan sesuatu yang lebih pasti di minggu depan atau lebih," kata Joshua L. Santarpia, seorang profesor patologi dan mikrobiologi di University of Nebraska Medical Center.
Dalam penelitian Wuhan, tidak ada virus yang terdeteksi di sebagian besar tempat umum yang mereka pelajari, termasuk bangunan tempat tinggal dan supermarket. Meskipun beberapa virus terdeteksi di daerah ramai pada salah satu rumah sakit dan department store.
Menurut Marr, seseorang akan memakan waktu sekitar 15 menit untuk bernapas dalam satu partikel virus.
“Sangat menarik melihat ada jumlah yang terukur,” kata Dr. Marr.
Sumber : suara.com