SUKABUMIUPDATE.com - Hujan meteor Lyrid dijadwalkan melintasi langit antara 16-30 April 2020, tapi pakar meteor dari lembaga antariksa dan penerbangan Amerika Serikat NASA, Bill Cooke, menerangkan bahwa fenomena langit itu puncaknya terjadi pada 21-22 April malam. Dilansir dari tempo, menurutnya jika cuaca memungkinkan, hujan meteor dapat dengan mudah disaksikan.
Seperti kebanyakan hujan meteor, waktu menonton puncak akan terjadi sebelum fajar, tapi Lyrids akan terlihat mulai sekitar pukul 10.30 malam waktu setempat. "Bulan akan menjadi bulan sabit tipis hanya sekitar dua hari dari bulan baru, sehingga cahaya bulan tidak akan membanjiri pengamatan Anda," ujar Cooke, seperti dikutip Space.com, Kamis, 16 April 2020.
Meteor Lyrid adalah potongan kecil dari komet Thatcher, komet jangka panjang yang mengorbit Matahari sekitar 415 tahun sekali. Potongan puing yang tersisa di belakang komet, bagaimanapun, muncul setiap tahun.
Hujan meteor akan menghasilkan rata-rata 15 hingga 20 meteor per jam, tahun ini para pengamat langit berharap dapat melihat sekitar 10 meteor per jam, tergantung pada seberapa jernih dan gelapnya langit. Beberapa tahun lalu, hujan meteor Lyrid dapat menghasilkan hingga 100 meteor per jam dalam apa yang disebut ledakan, tapi sulit untuk memprediksi kapan itu akan terjadi.
"Kata orang, ada beberapa periodisitas dalam hujan meteor itu, tapi datanya tidak mendukung hal itu," kata Cooke, sambil menambahkan, meskipun ada rata-rata 30 tahun antara ledakan-ledakannya, itu hanya rata-rata, dan jumlah aktual tahun antara peristiwa bervariasi."
Radiasi--titik asal meteor muncul--akan terlihat cukup tinggi di langit malam di rasi Lyra di timur laut Vega, Norwegia, dan menjadi salah satu bintang paling terang yang terlihat di langit malam tahun ini. Jangan melihat langsung ke arah sinar.
"Hujan meteor Lyrid memiliki kecerahan sedang, tapi tidak seterang hujan meteor Perseid yang terkenal terjadi pada bulan Agustus, yang cenderung menghasilkan jejak yang lebih menonjol," kata Cooke.
Sumber: Tempo.co