SUKABUMIUPDATE.com - Melansir dari tempo.co, selain lewat droplet atau kontak dengan orang yang positif virus corona, atau lewat barang yang terpapar virus ini, kekhawatiran muncul virus ini juga menyebar lewat udara. Bagaimana fakta penyebarannya?
Infeksi pernapasan yang disebabkan oleh virus corona atau COVID-19 memang ditularkan melalui droplet berbagai ukuran dan kontak fisik. Kasus paling banyak ditemui dalam virus corona paling banyak ditularkan melalui tetesan pernapasan dan sentuhan.
Dalam analisis terhadap 75.465 kasus COVID-19 di Cina, tidak ada laporan penularan melalui udara. Penularan tetesan terjadi ketika seseorang berada dalam kontak dekat atau berjarak sekitar 1 meter dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan, misalnya batuk atau bersin dan karena itu berisiko mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata) terkena tetesan pernapasan yang berpotensi infektif.
Penularan juga dapat terjadi melalui fomites di lingkungan sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan di lingkungan terdekat atau dengan benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi, misalnya stetoskop atau termometer.
Dilansir dari www.who.int, transmisi penularan COVID-19 bisa melalui udara dapat dimungkinkan dalam keadaan dan pengaturan khusus di mana prosedur atau perawatan pendukung yang menghasilkan aerosol dilakukan, yaitu intubasi endotrakeal, bronkoskopi, penyedotan terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus hubungan pasien dari ventilator, ventilasi tekanan positif non-invasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner.
Ada beberapa bukti bahwa infeksi COVID-19 dapat menyebabkan infeksi usus dan terdapat dalam feses. Namun, sampai saat ini hanya satu penelitian yang membiakkan virus COVID-19 dari spesimen feses tunggal. Belum ada laporan mengenai penularan feses, oral virus COVID-19 hingga saat ini.
Sebuah publikasi baru-baru ini di New England Journal of Medicine telah mengevaluasi persistensi virus dari virus corona. Penemuan virus corona dalam partikel aerosol hingga 3 jam tidak mencerminkan pengaturan klinis, di mana prosedur penghasil aerosol dilakukan, yaitu prosedur penghasil aerosol yang diinduksi secara eksperimental.
Hasilnya, berdasarkan bukti yang tersedia, termasuk publikasi terbaru yang disebutkan di atas, WHO mengimbau agar tindakan pencegahan dilakukan untuk orang-orang yang merawat pasien COVID-19. WHO terus merekomendasikan tindakan pencegahan di udara untuk keadaan dan pengaturan di mana prosedur penghasil aerosol dan perawatan dukungan dilakukan sesuai dengan penilaian risiko.
Rekomendasi ini konsisten dengan pedoman nasional dan internasional lain, termasuk yang dikembangkan oleh European Society of Intensive Care Medicine dan Society of Critical Care Medicine, yang saat ini digunakan di Australia, Kanada, dan Inggris.
Rekomendasi WHO saat ini menekankan pentingnya penggunaan semua APD yang rasional dan tepat, tidak hanya masker yang membutuhkan perilaku yang benar dan dari petugas kesehatan, terutama dalam prosedur pembersihan dan praktik kebersihan tangan.
WHO juga merekomendasikan pelatihan staf tentang rekomendasi ini, serta pengadaan yang memadai dan ketersediaan APD yang diperlukan dan persediaan dan fasilitas lainnya. WHO terus menekankan pentingnya kebersihan tangan, etiket pernapasan, dan pembersihan dan disinfeksi lingkungan, serta pentingnya menjaga jarak fisik dan menghindari kontak yang dekat dan tidak dilindungi dengan orang-orang dengan gejala demam atau pernapasan.
Sumber : tempo.co