SUKABUMIUPDATE.com - Potensi virus corona baru COVID-19 menular ke hewan melalui manusia terjadi karena ada kecocokan reseptor dan kemampuan virus untuk bermutasi, tapi belum ada bukti virus yang ditularkan ke hewan itu akan kembali menulari manusia.
"Memang potensi itu dimungkinkan ketika kemudian bisa menyeberang ke hewan," kata pakar patologi dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Agus Setiyono ketika dihubungi di Jakarta pada Selasa, 7 April 2020.
Dilansir dari tempo.co, virus adalah mikroorganisme yang memiliki kemampuan mutasi. Dia mengambil contoh kemampuan mutasi virus influenza A penyebab flu burung, yang sama dengan Sars-CoV-2 merupakan jenis RNA, dengan kemampuan mutasi antigenic drift dan antigenic shift.
Antigenic drift adalah ketika virus mengalami perubahan kecil seiring waktu ketika bereplikasi, terakumulasi sehingga sifat antigeniknya berbeda dan tidak dapat dikenali oleh sistem kekebalan tubuh. Antigenic shift adalah ketika terjadi perubahan mendadak yang menghasilkan jenis protein yang baru atau kombinasi protein yang baru.
Hal itu dilakukan virus untuk bertahan hidup. Virus, kata dia, akan mencari lingkungan yang sesuai untuk bisa hidup atau menyesuaikan diri.
Semua itu adalah kemungkinan dan masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk itu. Menurut para peneliti, Sars-CoV-2 mirip dengan virus corona yang ada di kelelawar, tapi membutuhkan inang perantara untuk menginfeksi manusia. Sejauh ini trenggiling diduga menjadi inang perantara penularan ke manusia.
Sebelumnya, seekor harimau malaya yang berada di konservasi satwa liar di Kebun Binatang Bronx di Amerika Serikat terbukti terinfeksi COVID-19 setelah melakukan kontak dengan penjaga hewan. Meski mengalami batuk tapi harimau itu diperkirakan akan segera sembuh.
Tidak hanya itu, seekor anjing di Hong Kong dan kucing di Belgia juga terinfeksi penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru itu.
Virus corona bukanlah hal yang langka di hewan dengan beberapa hewan terbukti memiliki jenis virus itu seperti ular dan kelelawar meski tidak membuat hewan tersebut sakit.
Prof. Agus sendiri bersama timnya juga menemukan fakta bahwa kelelawar buah di Indonesia memiliki betacoronavirus dan beberapa jenis virus lain dalam tubuhnya, meski tidak membuatnya sakit.
Fenomena penularan penyakit dari manusia ke hewan disebut dengan istilah zooanthroponosis dan biasanya terjadi karena kecocokan reseptor membuat virus itu dapat menempel ke inang di hewan dan bereplikasi atau memperbanyak diri, kata pakar mikrobiologi Sugiyono Saputra.
Meski demikian dia meminta masyarakat tidak panik karena isu hewan dapat tertular COVID-19 dari manusia.
"Tapi perlu ditekankan selain jarang terjadi tidak ada bukti yang memperlihatkan hewan yang tertular itu akan menularkan ke manusia lagi," kata peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu.
Sumber : tempo.co