SUKABUMIUPDATE.com - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) akan mendaftarkan top level domain berbahasa Aksara Jawa atau Hanacaraka. International Domain Name (IDN) memang ada jenis yang tidak menggunakan huruf abjad yang biasa digunakan pada umumnya, seperti huruf Cina, Arab, Korea, dan Jepang.
Ketua PANDI Yudho Giri Sucahyo menjelaskan bahwa Indonesia memiliki berbagai macam jenis huruf tapi tidak ada satupun nama domain-nya. “Kami sudah bicara dengan Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN) sejak tahun lalu, tapi ada prosedur yang harus diikuti,” katanya di Morrisey Hotel, Jakarta Pusat, Jumat 31 Januari 2020.
Untuk bisa tercapai, PANDI bekerja sama dengan beberapa lembaga seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Keraton Yogyakarta. Dukungan juga akan dicari dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Walau bagaimana pun, Yudho menuturkan, PANDI hanya menyediakan alamat saja. Harus ada yang bertugas memperkaya kontennya nanti. Targetnya, domain Hanacaraka diperkirakan selesai pertengahan 2020.
Yudho memberikan contoh, domainnya nanti pakai huruf Hanacaraka, misalnya Fauzan.id itu diganti dengan huru Hanacaraka. “Seperti di Korea kan pakai huruf Hango, di Cina pakai huruf Cina, di Jepang pakai huruf Jepang. Kita kan selama ini masih pakai a,b,c,d,e, padahal kan kita punya kekayaan budaya yang luar biasa.”
Selain itu, PANDI juga harus menyiapkan infrastrukturnya, karena server yang digunakan harus bisa mengelola huruf Hanacaraka. Yudha menyatakan masih menggunakan server yang sama dengan domain .id, hanya akan ditambahkan dengan kemampuan aksara Jawa itu.
Setelah disetujui, Yudha berharap, nanti banyak yang tergerak untuk mengisi konten berbahasa Jawa itu. Karena, menurutnya target pengguna tidak banyak, hanya yang bisa menulis dan membacanya. Untungnya, dia menambahkan, saat ini masih ada lingkungan Keraton yang masih melestarikannya, seperti di Yogyakarta dan Solo.
“Tidak banyak, apalagi di kalangan milenial. Tapi kalau enggak dari sekarang lama-lama hilang (Hanacaraka),” katanya sambil menambahkan. “Belum bahasa lain Sunda, Bugis, ini juga kan masing-masing harus bergerak ke sana, cuma kita mulai dari Hanacaraka.”
Sumber: Tempo.co