SUKABUMIUPDATE.com - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin menanggapi kabar soal wacana peluncuran astronot pertama Indonesia bekerja sama dengan Rusia.
Menurut Djamaluddin, kabar itu mengindikasikan Indonesia jadi incaran negara maju keantariksaan. “Jadi sampai terbawa-bawa ke dalam mimpi mereka,” katanya saat dihubungi Tempo, Ahad, 5 Januari 2020.
Sebelumnya diberitakan, Badan Antariksa Rusia, Roscosmos, mengatakan Rusia dan Indonesia sedang berunding tentang pengiriman astronot pertama Indonesia ke luar angkasa.
"Kami telah memulai negosiasi dengan negara-negara seperti Turki, Indonesia, Hungaria karena mereka ingin meluncurkan kosmonot mereka sendiri. Mereka ingin bekerja sama dengan Roscosmos," kata Direktur Jenderal Roscosmos Dmitry Rogozin 1 Januari 2020 lalu.
Menurut Djamaluddin kalau pun ada rencana peluncuran astronot pertama Indonesia, LAPAN sebagai lembaga keantariksaan yang mengkoordinasikannya. “Namun saat ini belum ada program astronot.
Saya belum tahu kalau ada pihak yang menyiapkan program astronot. Mungkin swasta yang menawarkan jasa semacam turis antariksa,” ujarnya.
Indonesia pada 1980-an pernah menyiapkan dua calon astronot, yaitu Pratiwi Sudarmono dan Taufik Akbar. Rencananya mereka akan diantar ke antariksa oleh pesawat ulang-alik Columbia. Sempat dilatih di lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat atau NASA, akhirnya mereka urung setelah kejadian tragis pesawat Challenger meledak pada 1986 ketika baru lepas landas.
Dulu, kata Djamaluddin, yang mengkoordinasikan calon astronot itu adalah LAPAN. Berganti zaman, LAPAN kini sedang memfokuskan pada peningkatan kemampuan teknologi antariksa dan pemanfaatannya. “Saya selalu mengatakan, pengiriman astronot saat ini bukan prioritas bagi Indonesia.“
Sumber: Tempo.co