SUKABUMIUPDATE.com - Seekor Badak Sumatera betina berusia 25 tahun telah mati menandai kepunahan spesies ini di Malaysia. Badak bernama Iman itu sebelumnya beberapa kali berhasil diselamatkan dari ancaman kematian karena kehilangan darah akibat menderita kanker atau tumor di rahimnya, demikian diberitakan Star, surat kabar berbahasa Inggris di Malaysia.
“Yang membuat perkembangbiakan badak begitu sulit adalah karena mereka begitu menyendiri, Anda tidak dapat menampung badak jantan dan betina bersama-sama, atau mereka akan bertarung, dan pasangan harus diatur waktunya ketika betina mengalami ovulasi,” ujar direktur konservasi kebun binatang Cincinnati, Terri Roth kepada The Washington Post.
Kematian Iman adalah pukulan bagi spesies itu, karena termasuk yang paling terancam di dunia. Badak Sumatera telah masuk daftar merah dari International Union for Conservation of Nature, artinya kategori spesies yang sangat terancam punah. Program pemuliaan dan kemajuan ilmiah dengan teknologi reproduksi tidak memiliki harapan.
Ada kurang dari 80 Badak Sumatera tersisa di dunia, dengan beberapa perkiraan serendah-rendahnya 30 ekor, menurut World Wildlife Fund. Dulu hidup di hutan hujan di seluruh Asia, Badak Sumatera sekarang hanya hidup di alam liar di Sumatera.
“Apa yang terjadi dengan populasi liar, dan hutan yang terfragmentasi adalah bahwa mereka (jantan dan betina) tidak cukup sering bersentuhan,” kata Roth. “Secara lokal, populasi di Indonesia meningkat, tapi sulit menyeimbangkan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan kehidupan liar.”
Badak betina Sumatera melahirkan satu anak setelah hampil sekitar 15 bulan. Periode tidak subur juga berarti masalah reproduksi dapat muncul pada jantan maupun betina, Roth mencatat bahwa Iman sudah memiliki tumor rahim pada saat dia ditangkap tahun 2014.
Meskipun perburuan menjadi ancaman, Badak Sumatera hidup jauh di dalam hutan dan hidup tidak berkelompok, itu membuatnya agak sulit bagi pemburu gelap untuk sampai ke sana. Gangguan habitat mereka yang terbesar adalah akibat pembukaan kebun kelapa sawit.
Roth tahu secara langsung bagaimana rasanya mengucapkan selamat tinggal pada badak Sumatera yang telah dirawat. "Mereka sangat manis. Itu benar-benar mengejutkan, mereka menganggap badak sebagai binatang yang sangat kuat,” katanya. “Mereka biasa menyendiri di alam liar.”
Kematian Iman terjadi kurang dari enam bulan setelah Tam, Badak Sumatera jantan terakhir di Malaysia yang meninggal pada usia sekitar 30 tahun. Tam pernah tinggal di tempat perlindungan yang sama dengan Iman di Kalimantan, meskipun keduanya tidak pernah berhasil dikawinkan.
Badak Sumatera yang tersisa di penangkaran semuanya di Asia Tenggara; Cincinnati Zoo and Botanical Garden adalah fasilitas AS terakhir yang memiliki Badak Sumatera. Pada 2015 ada harapan seekor jantan yang lahir di kebun binatang, lalu dikirim ke Suaka Margasatwa Sumatera di Indonesia, sehingga memiliki kesempatan untuk bisa berkembang biak.
Susie Ellis, Direktur Eksekutif dari International Rhino Foundation, menyampaikan belasungkawa. Dia menunjuk kemungkinan bahwa warisan Iman dapat bertahan dengan bantuan sains, Suaka Badak Borneo sebelumnya memanen sel telur Iman dengan harapan suatu hari akan menciptakan embrio Badak Sumatera yang layak.
“Ada pengetahuan yang terbatas tentang fisiologi reproduksi badak Sumatera, dan mengubah sel di laboratorium menjadi embrio yang layak adalah kompleks,” kata Ellis. "Namun, masih ada harapan untuk kelangsungan hidup Badak Sumatera."
SUMBER: TEMPO.CO