SUKABUMIUPDATE.com - Dalam rangka meningkatkan upaya mitigasi bencana, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan pemasangan alat pendeteksi tsunami buoy Merah Putih di kawasan Gunung Anak Krakatau.
Pemasangan buoy generasi ketiga itu pun dilakukan oleh Tim Teknis BPPT di area gunung tersebut pada April 2019.
Kepala BPPT Hammam Riza menjelaskan bahwa pemasangan buoy saat itu menggunakan Kapal Riset (KM) Baruna Jaya IV, pasca bencana tsunami yang melanda Selat Sunda.
"BPPT mengerahkan armada Kapal Riset Baruna Jaya IV untuk membawa buoy itu ke perairan Selat Sunda," tutur Hammam baru-baru ini.
Setelah dipasang, data perdana mengenai informasi gelombang laut yang dihasilkan buoy, telah sukses dikirim ke Pusat Data Buoy Indonesia (PDBI) yang berada di Gedung BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Hammam menuturkan, jika kondisi lautan dalam keadaan normal, buoy itu akan mengirimkan data secara real time tiap satu jam. Sebaliknya, jika bencana seperti tsunami terjadi, maka alat itu tentunya secara otomatis akan mengirimkan data lebih cepat, yakni tiap 15 detik.
"Tiap satu jam sekali, buoy itu akan mengirimkan data, itu jika kondisi lautannya dalam keadaan normal. Namun jika terjadi tsunami, maka buoy akan mengirimkan data lebih cepat, datanya dikirim tiap 15 detik," kata Hammam.
Tentunya BPPT telah melakukan survei batimetri sebelum memasang buoy di kawasan Gunung Anak Krakatau.
Perlu diketahui, survei batimetri merupakan pemetaan dasar laut yang berfungsi untuk menentukan titik OBU atau sensor pendeteksi tsunami yang hendak dipasang.
"Survei batimetri atau pemetaan dasar laut itu untuk menentukan lokasi OBU yang akan dipasang," papar Hammam.
Sumber: Tempo.co