SUKABUMIUPDATE.com - Film Joker tayang di Indonesia mulai Rabu, 2 Oktober 2019. Film karya sutradara Todd Phillips ini mengangkat kisah tokoh Joker yang menjadi salah satu musuh bebuyutan Batman.
Tokoh Joker yang diperankan oleh Joaquin Phoenix menjadi salah satu penjahat di Kota Gotham yang paling edan. Film ini mencoba mengungkap siapa Joker sebenarnya dan kenapa nekat menjadi penjahat.
Sebelum nama Joker dikenal di seantero Kota Gotham, ia adalah seorang laki-laki biasa bernama Arthur Fleck. Dia hidup pas-pasan bersama ibunya. Seumur hidupnya, Arthur merasa dilahirkan untuk membahagiakan dan membuat orang lain tertawa. "Happy" adalah nama panggilan ibunya.
Itu sebabnya Arthur ingin menjadi seorang komika. Dia mempelajari berbagai teknik stand up comedy sembari bekerja sebagai badut yang menghibur anak-anak di rumah sakit atau mempromosikan barang obral.
Arthur ingin membuat orang tertawa. Tapi yang dia tangkap adalah hidup yang menertawakannya. Teman kerja yang dia sangka baik rupanya berkhianat. Ibunda Arthur (yang diperankan oleh Frances Conroy), bekas pekerja Thomas Wayne alias ayah Bruce Wayne, punya rahasia masa lalu yang membuat Arthur semakin menggila.
Batinnya terguncang ketika pembawa acara yang sangat ia idolakan, Murray Franklin (Robert De Niro), justru membuatnya usaha tulusnya melucu jadi bahan olokan. Depresi, kecewa, dan marah atas hidupnya yang sengsara, serta topeng yang selama ini Arthur pakai akhirnya ditanggalkan.
Arthur Fleck mulai merasa hidup ketika membunuh tiga pria yang menindasnya di kereta bawah tanah. Perubahannya menjadi seorang Joker dimulai dari sana. Dia akhirnya menemukan jati diri. Ada yang menganggapnya penjahat, tapi tindak kriminalis pertamanya justru menggerakkan massa anti-orang kaya di kota tersebut.
Arthur Fleck yang bukan siapa-siapa lantas jadi bahan pembicaraan. Perlahan tapi pasti, seorang penjahat kejam tak waras akhirnya lahir di Gotham. Tokoh Joker dalam film ini berbeda dari versi cerita di mana ia tercebur ke dalam cairan kimia yang mengubah kulitnya jadi putih, rambut hijau dan bibir merah, seperti badut menyeramkan.
Arthur Fleck berubah jadi Joker karena pengalaman masa lalu yang kelam dan kemalangan bertubi-tubi, memupuk bibit gangguan mental yang sudah tertanam. Joaquin Phoenix mengubah drastis penampilannya dalam film itu. Tubuhnya kurus kering, hanya tersisa tulang dan kulit.
Beratnya dikabarkan turun sekitar 24 kilogram dalam waktu singkat. Kondisi ini tentu berperngaruh pada fisik dan psikis. Situasi itu juga membuat proses pengambilan gambar hanya bisa dilakukan sekali, tidak bisa diulang pada kemudian hari bila ada kesalahan.
Joaquin Phoenix memang ingin membuat versi Joker yang berbeda dan sangat rumit. Sang aktor membaca berbagai penyakit kejiwaan yang sulit dianalisa oleh psikiater. Sisi baru Joker itu memberi lapisan lain dari sekadar orang gila yang gemar mengganggu Batman.
Joker identik dengan tawa sinting, sebuah kerja keras yang dilakukan Joaquin agar ekspresi kegembiraan itu berubah makna. Dia belajar membuat tawa Joker dari video penderita penyakit tawa patologis yang tak bisa dikendalikan akibat penyakit saraf. Joaquin Phoenix mengatakan menyempurnakan tawa Joker adalah bagian terberat dalam memerankan tokoh itu.
Sumber: Tempo.co