SUKABUMIUPDATE.com - Presiden Ke-3 BJ Habibie dikenal sebagai insinyur yang terus bersumbangsih kepada ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Salah satu karya Habibie yang dikenang publik adalah pesawat N250 Gatot Kaca.
Dilansir dari airliners.net Pesawat berkapasitas 50 penumpang ini pertama kali diumumkan pengembangannya pada 1989 pada ajang Paris Airshow. Pada 1992 purwarupa dari pesawat ini mulai dibangun dan diterbangkan pertama kalinya pada Agustus 1995.
Pada periode tersebut model pesawat itu juga dikembangkan untuk kapasitas yang lebih besar, yaitu N250-100 dan N270. Purwarupa kedua, yaitu pesawat N250-100 mulai melakukan uji terbang pada 1997. Pengembangan pesawat ini kemudian mengalami kendala dan terhenti lantaran datangnya badai krisis keuangan Asia yang melanda Indonesia pada 1997.
Pesawat tersebut adalah hasil rancangan Habibie yang didesain sedemikian rupa dan berhasil terbang melewati Dutch Roll (pesawat oleng) berlebihan. Teknologi pesawat itu dinilai cukup canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun ke depan.
Habibie memerlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal. Pesawat ini merupakan satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang menggunakan Fly by Wire. Menurut Habibie, pesawat tersebut sudah terbang selama 900 jam dan akan masuk program sertifikasi FAA (Federal Aviation Administration).
Sekitar tahun 2014, Habibie kembali memperkenalkan desain pesawatnya bernama R80. Pesawat ini adalah pengembangan dari N250. Pengembangan R80 disponsori oleh PT Regio Aviasi Industri. Pada 2018, perseroan mencoba untuk mencari pendanaan untuk membiayai proyek tersebut melalui platform crowdfunding kitabisa.com.
Selain N250 Gatot Kaca, BJ Habibie juga mendesain dan menghitung proyek pembuatan pesawat terbang seperti Vertical Take Off and Landing (VTOL) pesawat angkut DO-31, pesawat angkut militer TRANSALL C-130, Hansa Jet 320 (Pesawat eksekutif), Airbus A-300 dan CN-135 serta secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam mendesain Helikopter BO-105, Multi Role Combat Aircraft (MRCA) dan beberapa proyek rudal dan satelit.
BJ Habibie meninggal pada pukul 18.05 WIB, Rabu 11 September 2019, di RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat. Putra kedua Habibie, Thareq Kemal Habibie mengatakan ayahnya meninggal karena penurunan fungsi tubuh dan gagal jantung.
"Kemarin saya katakan bahwa gagal jantung yang mengakibatkan penurunan itu, kalau memang organ-organ itu degenerasi melemah, menjadi tidak kuat lagi, maka tadi jam 18 lebih lima, jantungnya dengan sendiri menyerah," ujar Thareq dalam pesan yang diterima Tempo hari ini, Senin 11 September 2019.
Menurut Thareq, tim dokter sudah berbuat yang terbaik untuk BJ Habibie. "Mohon doanya, terima kasih," ujar dia.
Sumber: TEMPO.CO