SUKABUMIUPDATE.com - Ormas Islam, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama atau NU tengah menggarap film Jejak Langkah Dua Ulama. Film ini berkisah tentang pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan dan pendiri NU, Hasyim Asy'ari.
Produser film Jejak Langkah Dua Ulama ini adalah Andika Prabhangkara dari Lembaga Seni Budaya dan Olahraga atau LSBO PP Muhammadiyah dan Abdullah Aminuddin Azis dari Pondok Pesantren Tebu Ireng. Sutradaranya Sigit Ariansyah. Rencananya, film tersebut akan diputar dengan berkeliling ke pesantren dan sekolah pada September - Oktober 2019.
Ketua LSBO PP Muhammadiyah, Sukriyanto AR menceritakan bagaimana lembaganya mencari tokoh Ahmad Dahlan versi anak, remaja, dan dewasa. Menurut dia, baik Muhammadiyah maupun NU sama-sama mencari kader masing-masing untuk berperan dalam film Jejak Langkah Dua Ulama.
"Kami tidak bergantung kepada bintang film dan sutradara terkenal. Kami mau mengorbitkan penulis skenario, sutradara, dan pemain dari kader," kata Sukriyanto AR di Gedung PP Muhammadiyah Yogyakarta. Proses audisi dan casting untuk menemukan dan menentukan calon pemain Ahmad Dahlan cukup pelik.
Ribuan santri dari berbagai daerah mendaftar untuk berperan sebagai Ahmad Dahlan. Mereka kemudian diseleksi sampai tersaring menjadi 700 orang. "Sampai hari kedua casting, sudah dapat pemain tapi belum final," kata Andika Prabhangkara.
Musababnya, ada peserta yang dari sisi penampilan mirip Ahmad Dahlan, tapi tak bisa akting. "Ada juga yang sebaliknya, bisa akting tapi tak mirip (Ahmad Dahlan)." Dari keturunan Ahmad Dahlan sendiri, menurut Andika Prabhangkara, tak ada yang ikut mendaftar.
Kondisi berbeda dengan yang terjadi di NU. Sutradara Sigit Ariansyah mengatakan sudah ada pemeran Hasyim Asy’ari tua, yakni Gus Rizal. Dia adalah putra Yusuf Asy’ari atau cucu dari Hasyim Asy’ari. Adapun pemeran Hasyim Asy'ari muda adalah Ustad Sidqi Mudzakir yang merupakan pengurus Pondok Pesantren Tebu Ireng.
"Tak peduli siapa dia, asalkan bisa akting, mirip, dan memenuhi syarat," kata Sigit. "Dan cocok baik dari pihak Muhammadiyah dan NU."
Sumber: Tempo