SUKABUMIUPDATE.com - Baru-baru ini peneliti menemukan bahwa ternyata pemanasan global dapat berpengaruh pada perubahan pola migrasi serangga. Hal ini dikonfirmasi lewat penelitian yang terbit pada pada jurnal ilmiah Rabu pekan ini.
Penelitian dilakukan oleh ahli biologi dari University of Guelph dan menjadikan kupu-kupu dan capung sebagai sampelnya. Sampel dikumpulkan dari Semenanjung Bruce di Ontario pada musim gugur 2015 dan 2016. Sampel kemudian disematkan pemancar radio.
Pemancar radio tersebut memancarkan sinyal radio yang dapat diambil oleh menara di sepanjang rute migrasi serangga. Sinyal yang terpancar memberikan informasi tentang kecepatan dan jarak kembali ke peneliti.
Sampel kemudian dibiarkan bermigrasi melalui Ontario Selatan menuju wilayah Amerika Serikat bagian Utara. Dari perjalanan tersebut, peneliti mendapatkan beberapa hasil.
Rata-rata, para raja atau pemimpin koloni serangga menempuh kecepatan terbang sekitar 12 km/jam, lebih lambat daripada anggota koloninya yang terbang sekitar 16 km/jam. Salah satu anggotanya ada yang terbang hingga mencapai 77 km/jam dan menempuh jarak 122 kilometer hanya dalam satu hari.
Ryan Norris, salah satu peneliti yang juga terlibat dalam penulisan hasil penelitian ini mengatakan bahwa serangga memiliki kecepatan terbang yang cenderung lebih cepat. Namun untuk konteks penelitian ini, mereka diperlambat oleh paket pemancar radio, yang beratnya sekitar setengah dari berat tubuh serangga. Norris juga menjelaskan bahwa penelitian menunjukkan serangga cenderung terbang tinggi di atmosfer untuk mengambil keuntungan dari angin.
Hasil penelitian ini, seperti dilansir dari thestar.com, juga menunjukkan bahwa raja dan anggotanya terbang lebih cepat dalam suhu yang lebih hangat, namun melambat jika suhu di sekitar mereka terlalu panas, sehingga akan mungkin bagi pemanasan global dapat mempengaruhi migrasi menjadi lebih lambat daripada sebelumnya.
Kebiasaan perkembangbiakan serangga dan area tempat tinggal mereka di musim dingin telah banyak dipelajari, tetapi hampir tidak ada informasi tentang pola migrasi. Hal itu disampaikan oleh Samantha Knight yang memimpin penulisan hasil penelitian ini.
"Kami dapat mendokumentasikan beberapa hal mendasar yang tidak pernah dilakukan sebelumnya," kata Knight, yang juga seorang manajer program di Nature Conservancy of Canada.
Penelitian ini dapat dikatakan merupakan pendahuluan yang berhasil membuka ruang bagi banyak penelitian serupa tentang serangga. Dia mengharapkan teknologi meningkat sehingga migrasi serangga dapat lebih dipahami.
Norris mengatakan bahwa penelitian ini dapat memberikan pandangan kepada peneliti untuk tahu kemana para serangga pergi, sehingga nantinya peneliti dapat mengembangkan strategi konservasi yang efektif. “Sulit untuk memprediksi apa yang spesies akan lakukan jika Anda tidak tahu apa yang mereka lakukan sekarang,” ungkapnya.
Sumber: TEMPO.CO