SUKABUMIUPATE.com - Peneliti dari Pusat Survei Geologi Asdani Soehami mengatakan kawasan Selat Sunda dan sepanjang pesisir barat Sumatera, selatan Jawa hingga Bali berpotensi gempa besar (megathrust) dan tsunami. Berdasarkan riwayat kejadiannya, gempa besar itu pernah terjadi pada 3-4 abad silam.
“Kita perlu waspadai itu. Ada akumulasi tegangan yang jadi cikal bakal gempa di masa datang,” katanya, kepada tempo.co.
Berdasarkan studi seismoteknik yang berbasis pada asal-usul kejadian gempa bumi (seismogenetik) kata Asdani, Selat Sunda dan sekitarnya memiliki sepuluh zona sumber gempa bumi, di antaranya megathrust selatan Jawa Barat, Selat Sunda, Benioff Jawa Barat-Banten, Benioff Selat Sunda Utara,dan Benioff Utara Jawa Barat-Banten.
BACA JUGA: Potensi Tsunami di Palabuhanratu Mirip Palu? Ahli ITB Teliti Gempa Selatan Jawa
Berdasarkan peta sumber gempa Indonesia 2017, di bagian selatan ada jalur subduksi atau penunjaman lempeng Indo-Australia ke lempeng Eurasia. Menurutnya, zona gempa besar dari perairan sepanjang barat Sumatera hingga selatan Jawa-Bali terbagi dalam sembilan bagian atau segmentasi.
Mayoritas telah menimbulkan gempa besar pada kurun abad ke-20. Megathrust segmen Nias menghasilkan Gempa Nias bermagnitudo 8,7 pada 2005. Segmen Mentawai pecah pada 2007 bermagnitudo 7,9. Adapun segmen Bengkulu tercatat sudah dua kali pada 1914 dan 2007 bermagnitudo 8,4.
Megathrust segmen Pelabuhan Ratu pecah pada tahun 1903 bermagnitudo 8,1. Kemudian segmen Pangandaran ketika 2006 dengan kekuatan 7,7 Mw. Segmen Kulonprogo pada 1913 dan 1921 bermagnitudo 8,1 dan 7,5. Lalu pada 1994 giliran segmen Banyuwangi yang mencetuskan gempa bermagnitude 7,8.
BACA JUGA: Medan Magnet Bumi Bergerak Cepat, Membuat Heran Para Ahli
Peneliti gempa dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi Amalfi Omang mengatakan, segmen megathrust Selat Sunda menyimpan potensi gempa berkekuatan maksimal 8,7 Mw. Berdasarkan hasil pemodelan yang dibuatnya, dampak gempa besar itu meluas.
Khusus wilayah barat daya Banten dan Jawa Barat berpotensi mengalami guncangan tanah maksimum. “Intensitas gempa hingga IX MMI,” ujarnya. Skala itu merujuk pada kondisi kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondasinya dan pipa-pipa dalam rumah putus. BMKG menggolongkan skala itu dengan warna merah yang berarti gempa menimbulkan kerusakan berat.