SUKABUMIUPDATE.com - Fenomena awan topi muncul di Gunung Lawu pada Jumat sore, 8 Maret 2019. Astronom amatir Ma’rufin Sudibyo mengunggah fotonya di laman media sosialnya.
“Itu foto dari teman saya, boleh dipasang tapi tidak untuk disebarluaskan,” katanya, Sabtu, 9 Maret 2019.
Pada foto yang kontras dengan warna dominan biru itu, terlihat sebuah awan raksasa menaungi gunung. Awan itu berwarna merah muda campuran coklat tipis. Bentuk awan itu berlapis-lapis melingkar.
Menurut Ma’rufin pada keterangan fotonya, pemandangan ini muncul di Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Sekitar pukul lima sore, saat itu cuaca sedang cerah,” katanya.
Ma’rufin tidak melihat langsung. Namun ia pernah menyaksikan dan memotret awan topi atau lentikular di beberapa gunung lain seperti Merapi, Merbabu, dan Sindoro, Sumbing. Pada 10 Desember 2018 awan topi hinggap di atas Gunung Semeru.
Menurutnya, awan yang terlihat istimewa itu tergolong biasa. Awan topi bisa muncul di gunung mana pun saat cuaca cerah. “Keindahannya ditingkatkan oleh panorama senja dengan sinar matahari kemerahan menerpa,” kata Ma’rufin.
Sebelumnya Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan fenomena awan topi tergolong wajar terjadi di puncak gunung. Dinamika atmosfer di sekitar gunung berpotensi membentuk konfigurasi awan berbentuk topi.
Situasi itu akibat udara hangat yang lembap dari bawah kemudian naik dan berinteraksi dengan udara dingin di puncak gunung. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal kejadian seperti itu," ujarnya, Rabu, 12 Desember 2018.
Bila terjadi di puncak gunung, sering disebut "cap cloud" atau awan topi."Awan adalah fenomena yang terbentuk dari kondisi suhu dan aliran udara (angin) di puncak gunung. Fenomena itu sering terjadi di banyak gunung," ujarnya.
Sumber: Tempo.co