Dua Ancaman Gunung Anak Krakatau Terkini

Jumat 28 Desember 2018, 04:14 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar mengatakan, ada dua ancaman dari Gunung Anak Krakatau belakangan ini, yaitu letusan dan efek sampingnya yang berupa longsoran material.

Seperti diketahui dari citra satelit Lapan, 64 hektare badan gunung lenyap yang dipastikan sebagai longsor lalu memicu tsunami pada Sabtu malam, 22 Desember 2018. "Yang kita khawatirkan ada longsoran lagi," katanya Kamis, 27 Desember 2018.

PVMBG aktif memantau kondisi gunung di perairan Selat Sunda itu. Berdasarkan evaluasi, Badan Geologi menaikkan status Gunung Anak Krakatau dari waspada (level II) ke siaga (level III). "Pertimbangannya kontinuitas erupsi beberapa hari terakhir, dan adanya awan panas yang langsung meluncur ke laut, dan dikhawatirkan terjadi longsor lagi," kata Rudy.

Selain itu, ada wilayah terdampak dengan turunnya hujan abu sejak Rabu kemarin di sekitar Anyer dan Cilegon dengan ketebalan kurang dari 1 mm. "Itu juga sudah ancaman, maka dinaikkan statusnya," ujar Rudy.

Selain longsoran 22 Desember, dan dikhawatirkan berulang, faktor lain pemicu tsunami yaitu awan panas atau magma yang keluar dari kawah lalu meluncur langsung ke laut. Namun kondisi ini sulit diperhitungkan kejadiannya hingga menimbulkan tsunami. Bahkan berapa taksiran volume material yang longsor lalu masih nihil, selain luasan area yang diperkirakan seluas 64 Ha.

Sampai sekarang, pemantau gunung belum bisa mendekat ke gunung untuk melihat langsung perubahan kondisi fisik terutama bagian yang telah longsor. Pengamatan hanya bisa dilakukan dari jauh di darat di Banten dan Lampung. Alasannya, kata Rudy, terkendala oleh cuaca dan alat transportasi. Badan Geologi dan PVMBG sementara ini mengandalkan citra satelit Lapan untuk melihat secara terbatas kondisi fisik Gunung Anak Krakatau.

Dari hasil interpretasi citra satelit terungkap, kaldera kawah sudah berubah bentuk terhitung dari 19 Desember, dibandingkan dengan kondisi 23 Desember. "Ada perubahan lubang kawah yang melebar, itu bukan karena ambrol, tapi materialnyan ikut terlontar letusan," kata Rudy. Adapun ketinggian gunung diduga tidak berubah secara signifikan.

Rudy mengatakan, pola letusan Anak Krakatau ini sulit dicari perbandingannya ke gunung leluhurnya, Krakatau yang meletus dahsyat pada 1883. Alasannya, catatan aktivitas Krakatau dulu datanya tidak tercatat dengan bagus seperti Anak Krakatau.

Kini BMKG ikut mengambil peran memantau secara tidak langsung dengan mengaktifkan enam sensor seismometer yang sudah terpasang. Alat itu dimodifikasi agar bisa mendeteksi adanya getaran longsor di Gunung Anak Krakatau minimal setara dengan magnitude 3,4. Angka itu berdasarkan catatan longsoran sebelumnya yang menciptakan tsunami 22 Desember.
"Kami turunkan frekuensinya agar getaran kecil bisa terekam," kata Rahmat Triyono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Kamis, 27 Desember 2018.

Menurutnya, terkait dengan peningkatan status Gunung Anak Krakatau dari waspada ke siaga, fokus BMKG memantau getaran longsor yang berpotensi tsunami. Sesuai prosedur, BMKG segera mengumumkan bahaya itu ke masyarakat. "Kemarin status waspada ternyata erupsi, akhirnya longsor dan menimbulkan tsunami.
Sekarang kami beritahu supaya masyarakat waspada ada potensi longsoran lagi," kata Rahmat.

Sumber: Tempo

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Tags :
Berita Terkini
Science25 November 2024, 06:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 25 November 2024, Awal Pekan Hujan di Siang Hari

Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca hujan ringan dan beberapa diantaranya hujan deras disertai petir saat siang hari pada 25 November 2024.
Ilustrasi - Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca hujan ringan dan beberapa diantaranya hujan deras disertai petir pada 25 November 2024. | (Sumber : Foto: Freepik.com)
Sukabumi24 November 2024, 23:11 WIB

Mobil Jazz Merah Ngebut, Penyebab Kecelakaan Beruntun Maut di Sukaraja Sukabumi

Peristiwa kecelakaan beruntun maut di Sukabumi yang melibatkan empat mobil dan satu motor itu mengakibatkan satu orang tewas dan 6 orang lainnya terluka.
Mobil Honda Jazz merah penyebab kecelakaan beruntun di Sukaraja Sukabumi saat dievakuasi. (Sumber : Istimewa)
Sukabumi24 November 2024, 22:51 WIB

Kecelakaan Beruntun di Sukaraja Sukabumi Libatkan 5 Kendaraan, 1 Korban Meninggal

Berikut kronologi kecelakaan beruntun di Sukaraja Sukabumi yang libatkan 5 kendaraan.
Kondisi kendaraan yang terlibat kecelakaan di Sukaraja Sukabumi. (Sumber : Istimewa)
Nasional24 November 2024, 22:15 WIB

Siap-siap, Harga Rumah Diproyeksi Bakal Naik Imbas Kebijakan PPN 12 Persen

Kenaikan tarif PPN 12 Persen mulai tahun depan ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja dengan komisi XI DPR pekan lalu.
Ilustrasi rumah. (Sumber : Shutterstock)
DPRD Kab. Sukabumi24 November 2024, 21:24 WIB

Reses Loka Tresnajaya di Desa Kutajaya Sukabumi, Infrastruktur Mendominasi Aspirasi

Menurut Loka, Desa Kutajaya adalah salah satu desa terluas di Cicurug namun masih memiliki sejumlah wilayah yang belum tersentuh aspal.
Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi dari Partai Golkar, H.M. Loka Tresnajaya menggelar reses di Kampung Pereng, Desa Kutajaya, Kecamatan Cicurug, Sabtu 23 November 2024. (Sumber : Istimewa)
Sehat24 November 2024, 21:02 WIB

Tukak Lambung Pada Anak : Ketahui Gejala dan Penyebabnya

Tukak lambung atau yang juga dikenal sebagai tukak peptik diketahui sangat jarang terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, tetapi ternyata hal ini terjadi lebih sering daripada yang dibayangkan.
Ilustrasi seorang anak menderita tukak lambung (Sumber : Freepik/@freepik)
Sukabumi24 November 2024, 20:23 WIB

10 Penumpang Terluka, Kronologi dan Dugaan Penyebab Bus Terguling di Lingsel Sukabumi

Berikut kronologi dan dugaan penyebab bus terguling di jalur Lingkar Selatan atau Lingsel Kota Sukabumi.
Bus yang terguling di Jalur Lingkar Selatan Kota Sukabumi saat dievakuasi oleh mobil derek. (Sumber Foto: Istimewa)
Life24 November 2024, 20:00 WIB

3 Legenda Curug Sanghyang Taraje, Tapak Sangkuriang Hingga Tangga Menuju Kayangan

Konon, Sangkuriang ingin mengambil bintang untuk Dayang Sumbi, ibu yang sangat dicintainya. Untuk mencapai bintang, Sangkuriang melewati Curug Sanghyang Taraje, yang dianggap sebagai tangga menuju kayangan.
Curug Sanghyang Taraje. Foto: IG/smiling.westjava
Mobil24 November 2024, 19:26 WIB

Sejarah dan Kisah Angkutan Umum di Pajampangan Sukabumi

Keberadaan angkutan umum di wilayah Sukabumi Selatan tersebut sudah ada sekitar tahun 1921, dengan jurusan Soekaboemi-Soerade.
Angkutan umum pertama Surade-Sukabumi (Sumber : Istimewa)
Sukabumi24 November 2024, 19:05 WIB

Diduga Depresi, Lansia Asal Cidahu Sukabumi Tewas Tergantung di Rumah Kosong

Berikut kronologi dari keluarga terkait tewasnya lansia asal Cidahu Sukabumi yang ditemukan tergantung di dalam rumah kosong.
TKP pria lansia ditemukan tewas tergantung di Cidahu Sukabumi. (Sumber : Istimewa)