SUKABUMIUPDATE.com - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Bandung, Tony Agus Wijaya, mengatakan suara gemuruh misterius yang didengar warga Bandung berasal dari aktivitas petir.
“Telah terjadi aktivitas petir di arah barat dan tenggara dari Bandung,” kata dia, Rabu, 26 Desember 2018.
Tony mengatakan, BMKG Bandung menerima pengaduan warga yang mendengar suara gemuruh. Di antaranya terjadi pada 25 Desember 2018 pukul 23.28 WIB, 23.37 WIB, dan 23.52 WIB. “Kami mendapat info masyarakat yang tadi malam mendengar suara gemuruh dari arah barat, dan masyarakat mencatat jam kejadiannya,” kata dia.
Tony mengatakan, BMKG memiliki peralatan Lightning Detector, alat pemantau aktivitas petir. BMKG Bandung menempatkan alat tersebut di Stasiun Lembang dan diklaim dapat memantau aktivitas petir di seluruh Jawa Barat.
Dari analisa bacaan peralatan tersebut, suara gemuruh diyakini berasal dari petir. “Bahwa pada jam tersebut telah terjadi petir di barat dan tenggara wilayah Bandung. Tapi sampai sekarang tidak ada info dari masyarakat rekaman suaranya,” kata Tony.
Hasil pembacaan peralatan BMKG pada tanggal 25 Desember 2018 pukul 23.52 WIB misalnya, selama sehari penuh hingga waktu tersebut telah terjadi 52 flashes atau sambaran petir, dan 99 strokes atau loncatan muatan listrik di awan. “Petir selalu didahului oleh kilat. Tapi mata manusia kadang tidak teliti melihatnya,” kata Tony.
Tony mengatakan, detektor tersebut mencatat loksi peristiwa kilat dan petir yang terjadi, termasuk jenis dan tipe petirnya. “Kalau info kekuatan suara (petir), tidak ada pada alat ini. Sampai sekarang tidak ada rekaman suar dari kejadian tersebut yang dilaporkan masyarakat,” kata dia.
Tony mengatakan, di musim hujan di wilayah Jawa Barat terdapat kumpulan awan yang berpotensi menghasilkan guruh dan petir. Di tenggara Bandung misalnya, saat pagi hari terpantau hujan terjadi di wilayah Majalaya serta beberapa lokasi lainnya.
Tony mengatakan, petir adalah peristiwa alam yang biasa terjadi. “Kejadian petir adalah hal yang biasa di musim hujan. Saat ini dampak psikologis karena bencana (tsunami) di Selat Sunda, sehingga masyarakat khawatir,” kata dia.
Tony mengatakan, masyarakat bisa menanyakan langsung untuk memastikan suara yang didengarnya tersebut dengan mencatat waktu kejadiannya dan melaporkan pada BMKG. “Alatnya tidak online. Tapi (datanya) bisa diminta dengan menyebutkan jam dan tanggalnya,” kata dia.
Sumber: Tempo