SUKABUMIUPDATE.com - Keberadaan ilmuwan Cina He Jiankui, yang mengklaim telah menciptakan bayi-bayi pertama dengan gen yang diedit, tidak diketahui di tengah desas-desus bahwa dia telah ditangkap, sebagaimana dilaporkan Daily Mail, 3 Desember 2018.
Berbagai laporan mengklaim bahwa dia ditempatkan di bawah tahanan rumah di Shenzhen setelah hadir di KTT Internasional Kedua tentang Editing Genom Manusia di Hong Kong Rabu lalu.
Namun, klaim penahanan He ditolak oleh bekas kampusnya, Universitas Sains dan Teknologi Selatan, menurut South China Morning Post. Universitas itu menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.
Ilmuwan itu memicu kontroversi global pekan lalu ketika ia mengumumkan di sebuah video YouTube bahwa ia telah berhasil menggunakan alat pengeditan gen untuk memodifikasi DNA dua embrio.
Apple Daily pada hari Minggu melaporkan bahwa ilmuwan itu telah dibawa kembali ke Shenzhen oleh presiden universitas, Chen Shiyi. Keduanya juga mengadakan pertemuan enam jam terkait penelitian kontroversialnya.
Chen saat ini berada dalam tahanan rumah di kampus, kata laporan itu, menambahkan bahwa ada petugas keamanan yang berjaga di lingkungan universitas.
Ketika ditanya tentang penahanan itu, seorang juru bicara untuk universitas yang berbasis di Shenzhen itu mengatakan kepada South China Morning Post: “Saat ini tidak ada informasi yang akurat, hanya saluran resmi.”
Dia menolak untuk menjelaskan masalah ini, dengan mengatakan: “Kami tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai masalah ini sekarang, tetapi jika kami memiliki informasi apa pun, kami akan memperbaruinya melalui saluran resmi kami.”
Ilmuwan itu memberikan pernyataan publik pertamanya tentang manipulasi DNA di konferensi Hong Kong, dengan mengatakan bahwa ia memodifikasi materi genetik dari gadis kembar untuk membuat mereka tahan terhadap infeksi virus AIDS.
Pekerjaan kontroversial itu membuatnya mendapat julukan 'Chinese Frankenstein', dan dikutuk oleh komunitas medis dan pejabat kesehatan Cina, yang mengatakan mereka tidak tahu apa-apa tentang eksperimen itu.
Dia juga menghadapi penyelidikan dari Kementerian Sains dan Teknologi, yang telah memerintahkan ilmuwan itu untuk menghentikan penelitian apa pun.
Sumber: Tempo