SUKABUMIUPDATE.com - Laman WABetaInfo melakukan survei melalui akun Twitter-nya untuk mencari jawaban dari pengguna WhatsApp mengenai rencana kehadiran iklan pada fitur status WhatsApp mulai 2019. Hasilnya adalah sebanyak 40 persen pengguna memilih berhenti untuk menggunakan WhatsApp.
Jumlah total suara yang terdaftar setelah jajak pendapat adalah 1.672 pengguna, yang mungkin tampak sangat kecil jika dibandingkan dengan basis pengguna besar yang menikmati WhatsApp. Namun, hal itu bisa mewakil banyak orang yang tidak setuju dengan keputusan perusahaan milik Facebook untuk membongkar data obrolan pengguna dan melayani iklan.
WhatsApp adalah aplikasi obrolan paling populer di dunia, yang digunakan oleh miliaran orang setiap hari. Dengan begitu banyak popularitas dan model gratis, WhatsApp, digunakan diberbagai sistem operasi seperti Android, iOS, Windows Phone, dan PC.
Tapi seperti yang perusahaan katakan, tidak ada yang gratis. Perusahaan yang juga milik Mark Zuckerberg itu telah mengkonfirmasi bahwa akan mulai melayani iklan dalam aplikasi. Meskipun tidak jelas apakah akan menyusup enkripsi end-to-end WhatsApp untuk memindai obrolan dan melayani personalisasi iklan.
"Iklan akan dimasukkan ke dalam fitur Status. Status WhatsApp akan segera menampilkan iklan, seperti bagaimana Instagram memunculkan iklan. Ini secara tidak langsung telah menimbulkan pertanyaan bagi para pengguna apakah mereka siap untuk terganggu oleh iklan-iklan sial di WhatsApp," ujar salah satu pimpinan di WhatsApp Chris Daniels dalam acara briefing di India awal tahun ini, seperti dilansir laman financialexpress.com, Jumat, 30 November 2018.
Namun, dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh WABetaInfo, sekitar 60 persen pengguna setuju untuk terus menggunakan WhatsApp meskipun menghadirkan iklan. Rencana hadirnya iklan tersebut mendatangkan masalah bagi perusahaan aplikasi berlogo hujau itu, pasalnya beberapa pejabat tinggi mengajukan pengunduran diri dari WhatsApp.
"Kami akan menempatkan iklan di 'Status'. Itu akan menjadi mode monetisasi utama untuk perusahaan serta peluang bagi bisnis untuk menjangkau orang-orang di WhatsApp," kata Daniels mengkonfirmasi kepada The Wall Street Journal seperti dikutip laman TechCrunch.
Sumber: Tempo