SUKABUMIUPDATE.com - Di era ketika beberapa orang khawatir tentang perangkat lunak berbahaya dan tidak memasang perangkat lunak pelindung, Morris worm atau cacing Morris menyebar dengan cepat sebagai sebuah serangan siber. Butuh 72 jam bagi para peneliti di Purdue University dan Berkeley University untuk menghentikan cacing Morris.
Berdasarkan laman livescience.com, Ahad, 4 November 2018, cacing Morris merupakan virus pertama yang menjadi serangan siber. Robert Tappan Morris seorang mahasiswa pascasarjana Cornell University, New York, Amerika, adalah otak di balik munculnya virus tersebut yang awalnya hanya ingin mengetahui lebih jauh tentang internet pada November 1988.
Pada saat itu, virus tersebut menginfeksi puluhan ribu sistem, sekitar 10 persen komputer yang tersambung ke internet. Untuk membersihkan infeksi tersebut, butuh ribuan dolar bagi setiap mesin yang terpengaruh.
"Virus membutuhkan perintah eksternal, dari pengguna atau peretas, untuk menjalankan programnya. Namun, seekor cacing sebaliknya, menyentuh tanah menjalankan semuanya dengan sendirinya. Misalnya, jika Anda tidak pernah membuka program surel, cacing yang masuk ke komputer Anda mungkin mengirimkan salinan email itu sendiri kepada semua orang di buku alamat Anda," begitu dilaporkan laman theconversation.com, 1 November 2018.
Morris tidak berusaha menghancurkan internet, tapi efek luas dari apa yang dia lakukan, membuatnya diadili di bawah Undang-Undang Penipuan dan Penyalahgunaan Komputer yang baru. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun masa percobaan dan denda sekitar US$ 10 ribu setara dengan Rp 151 juta dengan kurs sekarang.
Namun, pada akhir 1990-an, Morris menjadi miliarder dot-com dan sekarang menjadi profesor di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika. Pada Oktober 2016, serangan DDoS dengan ribuan webcam yang dibajak, sering digunakan untuk keamanan atau monitor bayi, sehingga mematikan akses ke sejumlah layanan internet penting di sepanjang pesisir timur Amerika.
Peristiwa itu adalah puncak dari serangkaian serangan yang semakin merusak menggunakan botnet, atau jaringan perangkat yang disusupi dan dikendalikan oleh perangkat lunak bernama Mirai. Internet saat ini jauh lebih besar, tapi tidak jauh lebih aman dari pada internet tahun 1988.
Beberapa hal sebenarnya menjadi lebih buruk. Untuk mencari tahu siapa di balik serangan tertentu tidak semudah menunggu orang itu meminta maaf, seperti yang dilakukan Morris pada 1988. Dalam beberapa kasus, untuk mendapat investigasi penuh, harus mengidentifikasi pelakunya.
Sumber: Tempo