SUKABUMIUPDATE.com - Peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nugroho Dwi Hananto menjelaskan bahwa lumpur yang mengubur Kampung Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah merupakan hasil dari fenomena likuifaksi.
"Datangnya lumpur yang mengubur Kampung Petobo itu hasil dari proses likuifaksi. Apabila di sana struktur bawah permukaan materialnya berupa sedimen lunak dan pasir maka seperti diaduk saja, menjadi bubur lumpur, itulah likuifaksi," ujar Nugroho, saat dihubungi Selasa, 2 Oktober 2018.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkap sejumlah laporan kerusakan akibat gempa Palu bermagnitudo 7,4 yang beragam mulai dari tsunami, longsor, likuifaksi, hingga semburan lumpur. Bencana tersebut terjadi pada Jumat, 28 September 2018.
Jadi, Nugroho melanjutkan, gempa itu menggetarkan struktur bawah permukaan tanah. Likuifaksi terjadi pada daerah yang bagian permukaan bawahnya berupa sedimen lunak.
"Namun, ciri secara umum kadangkala sulit dilihat, biasanya terlihat bagus, tapi ternyata rawan likuifaksi. Badan Geologi sudah memetakan sepertinya," kata dia.
Nugroho menjelaskan bahwa likuifaksi terjadi akibat dari gempa. "Gempa yang menyebabkan likuifaksi, gempa juga mungkin mengakibatkan longsor, dan gempa mungkin menyebabkan tsunami," lanjut Nugroho.
Sedangkan tsunami, kata dia, terjadi apabila saat gempa, terjadi deformasi vertikal dari dasar laut. Hal itu, Nugroho menjelaskan, berbarengan dengan bentuk dasar laut dan pesisir yang bisa menimbulkan tsunami.
Sumber: Tempo