SUKABUMIUPDATE.com - Ada potensi bahaya yang timbul pasca gempa Lombok, yakni likuifaksi atau mencairnya tanah. Imbasnya, kekuatan dan kepadatan tanah akan berkurang.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami dari PVMBG Badan Geologi, Sri Hidayati mengatakan, likuifaksi terjadi di beberapa wilayah di Pulau Lombok. "Muncul di banyak spot di Kecamatan Gangga dan Kayangan," katanya, Jumat, 10 Agustus 2018.
Gejala terjadinya likuifaksi terlihat di lokasi dan keterangan warga saat gempa bermagnitudo 7,0 pada Ahad, 5 Agustus 2017. Menurut Sri, warga melaporkan saat gempa mengguncang, terlihat air keluar dari retakan. Bahkan ada yang muncrat seperti air mancur. "Manifestasi di permukaan biasanya berupa lumpur pasir yang berbutir halus keluar dari retakan tanah. Kadang kadang sumur air hilang dan berganti pasir," kata dia.
Fenomena likuifaksi atau pelulukan tanah (soil liquefaction), kata Sri, adalah suatu proses yang membuat tanah kehilangan kekuatannya dengan cepat. Penyebabnya getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi kuat pada kondisi tanah berbutir halus dan jenuh air. Likuifaksi, menurut dia, umum terjadi pada gempa berskala di atas magnitudo 6,5. "Adanya zona lemah juga mengakibatkan material tersebut muncul ke permukaan," katanya.
Kondisi itu berdampak langsung saat gempa dan sesudahnya. Pasca gempa, menurut Sri, sebaiknya warga menghindari untuk membangun ulang di lokasi yang mengalami pelulukan tanah. "Kalau tetap akan dibangun harus dengan kaidah tahan gempa dan pondasi yang lebih dalam dari sumber likuifaksi," ujarnya.
Gempa di Pulau Lombok dan sekitarnya dengan magnitudo 7,0 pada Ahad, 5 Agustus 2018, pukul 18.45 WIB telah mengakibatkan kerusakan luar biasa dan korban jiwa di Lombok Utara dan Lombok Timur serta kawasan di sekitarnya. Kedua kawasan itu sebelumnya pada 29 Juli 2018 telah diguncang oleh gempa tektonik dengan kekuatan magnitudo 6,4 akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).
Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan, wilayah Pulau Lombok rawan gempa karena terletak di antara dua pembangkit lindu dari selatan dan utara. Dari selatan terdapat zona subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Pulau Lombok.
"Sedangkan dari utara terdapat struktur geologi Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrusting)," ujarnya, Senin, 30 Juli 2018. Jalur Sesar Naik Flores memanjang dari laut Bali ke timur hingga Laut Flores. Jalur itu berada sangat dekat dengan Pulau Lombok.
Sumber: Tempo