SUKABUMIUPDATE.com - Ahli gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Sri Widiantoro mengatakan gempa Lombok Minggu sore, 5 Agustus 2018, memiliki ciri seperti gempa doublet. Cirinya antara lain rentang waktu dan jarak sumber gempa tidak jauh. Kekuatan magnitudo lindunya pun hampir sama.
"Penelitian lanjut diperlukan untuk memastikan apakah kedua gempa tersebut doublet," ujarnya Senin, 6 Agustus 2018.
Berdasarkan literatur, kata seismolog itu, gempa doublet berkarakter memiliki magnitudo yang hampir sama dengan selisih atau perbedaan tidak lebih dari 0,2 satuan. Selain itu rentang waktu gempanya tidak lebih dari tiga tahun dengan kejadian sebelumnya.
Ciri lain yaitu jarak antara kedua sumber gempa juga tidak lebih dari 100 kilometer. Adapun mekanisme yang menimbulkan gempa doublet, yaitu heterogenitas bidang sesar yang terdiri dari beberapa zona asperity atau zona yang terkunci.
"Karena gesekan sepanjang sesar tidak seragam, ini memungkinkan adanya asperity sehingga energi besar tidak terlepas sekaligus," kata Sri Widiantoro.
Faktor pemicu lainnya, yaitu kecepatan aftershock dan densitas gempa yang tinggi pada suatu daerah. Kemudian bisa juga kondisi gap seismik. "Lama tidak terjadi gempa kuat di daerah itu," katanya.
Berdasarkan data dari BMKG, gempa Ahad 5 Agustus 2018 pukul 18:46:35 WIB pada koordinat lintang -8.37 dan bujur 116.48 bermagnitudo 7.0 dengan kedalaman 15 kilometer. Lokasinya berjarak 18 kilometer arah barat laut Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Sumber gempa Lombok itu dekat dengan sumber gempa bermagnitudo 6,4 tepat sepekan sebelumnya, Ahad, 29 Juli 2018, pukul 05:47:39 WIB di garis lintang -8.26 dan bujur 116.55 berkedalaman 10 kilometer. Lokasinya berjarak 28 kilometer arah barat laut Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Sumber: Tempo