SUKABUMIUPDATE.com - Species baru kodok berhasil diungkap di kawasan Gunung Ciremai, namanya Leptophryne javanica. Menurut Amir Hamidy, peneliti taksonomi herpetologi di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kodok ini tadinya dianggap spesies L. cruentata yang ada di Gunung Gede-Pangrango dengan nama lokal kodok merah.
"Setelah kami teliti secara taksonomi, kodok yang ada di Ciremai dan Gede-Pangrango adalah spesies berbeda," ujar Amir yang juga penulis utama studi, saat dihubungi, Kamis, 2 Agustus 2018. Riset soal L. javanica ini terbit dalam jurnal Zootaxa edisi 26 Juli 2018 dengan judul "Detection of Cryptic taxa in the genus Leptophryne (Fitzinger, 1843) (Amphibia; Bufonidae) and the description of a new species from Java, Indonesia".
Mengutip International Union for Conservation of Nature (IUCN), Amir menjelaskan, kodok merah termasuk ke dalam status sangat terancam punah (critically endangered). Ini satu tingkat di bawah punah (extinct di the wild). Amir menjelaskan, status terancam punah itu disebabkan karena konversi hutan hujan--habitat L. javanica--menjadi lahan pertanian.
Sebelumnya, Amir dan para pakar herpetologi (ilmu yang mempelajari amfibi dan reptil) sempat senang saat ditemukannya kodok yang mirip L. cruentata di Gunung Slamet pada 2009 dan diikuti dengan penemuan di Gunung Ciremai pada 2012. "Karena sebaran populasinya makin luas," ujar Amir.
Namun, setelah diteliti lebih mendalam. Rasa senang itu harus pupus karena populasi yang ada di Gunung Gede-Pangrango, Ciremai, dan Slamet adalah dua spesies berbeda. Artinya, kata Amir, populasinya kian menyempit.
"L. javanica memiliki bintil dominan warna kuning, sementara L. cruentata berwarna merah," ujar Amir.
Pengendali ekosistem Hutan Taman Nasional Gunung Ciremai, Azis Abdul Kholik, mengungkapkan penemuan L. javanica di Ciremai bermula saat Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) menggelar lomba foto flora dan fauna di kawasan Taman Nasional pada 2012. "Kodok berbintil kuning itu pertama kali ditemukan di Blok Ipukan, Gunung Ciremai," ujar Azis.
Penelitan lanjutan kembali dilakukan bekerja sama dengan LIPI. Selain suara, sampel salah satu kodok juga diambil untuk diteliti DNA-nya. Termasuk mencari tahu perbedaan molekuler dan morfologi populasi kodok tersebut di Gunung Ciremai dengan yang ada di Gede dan Pangrango.
Ciri-ciri kodok merah Gunung Ciremai di antaranya bentuk dan ukurannya yang kecil, sekitar 22-29 milimeter. Tubuh dan anggota badan cenderung ramping, ujung jari tangan dan kaki membulat. Selain itu tubuh kodok merah berbintik putih atau kuning. Di Ciremai, kodok ini merupakan predator pemakan ulat dan serangga.
"Kodok ini berperan penting dalam menjaga ekosistem di Gunung Ciremai," ujar Azis. "Keberadaan kodok sebagai indikator jika kebersihan sungai dan air di Gunung Ciremai masih terjaga dengan baik."
Sumber: Tempo