SUKABUMIUPDATE.com - Gerhana bulan total biasanya akan berwarna merah darah. Tapi, ada satu waktu ketika gerhana bulan berwarna gelap pekat. Yakni, pada 10 Juni 1816 atau 202 tahun lalu.
Sebuah studi yang terbit dalam jurnal Publication of the Astronomical Society of the Pacific itu mengungkap misteri gerhana paling gelap dalam sejarah. Dalam jurnal, menurut Richard Stothers, penulis utama studi yang juga peneliti di Goddard Space Flight Center Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), penyebabnya adalah abu vulkanik dari letusan Gunung Tambora.
"Tambora melemparkan material vulkanik ke atmosfer dengan jumlah yang besar," tulis Stothers dalam studi berjudul "Stratospheric Transparency Derived from Total Lunar Eclipse Colors, 1665–1800" yang terbit pada Agustus 2004 itu.
Warna bulan saat gerhana bulan total biasanya akan berubah menjadi merah. Penyebabnya, bumi membiaskan gelombang cahaya matahari. Sederhananya, bumi memberikan bulan cahaya matahari. Nah, hal itu tidak terjadi saat gerhana bulan pada 10 Juni 1816.
Dalam jurnal Stothers menulis, bahwa sulfat dan aerosol dari erupsi Tambora terbang hingga stratosfer. Senyawa tersebut menghalangi cahaya merah darah bulan yang mestinya sampai ke bumi. Menurut Stothers, gelapnya gerhana bulan saat itu bisa menjadi indikasi bahwa letusan Tambora saat itu memang sangat kolosal.
Gerhana gelap juga terjadi saat Krakatau meletus pada 1883. Bedanya, material vulkanik mengubah warna merah darah menjadi biru.
Sumber: Tempo