SUKABUMIUPDATE.com - Wahana antariksa Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Parker Solar Probe, yang direncanakan untuk menyelidiki korona luar Matahari sudah disiapkan untuk diluncurkan pada Agustus mendatang di Cape Canaveral, Florida. Misi ini akan menjadi yang terdekat dengan matahari daripada objek buatan manusia lainnya.
Parker Solar Probe akan berputar mengelilingi matahari sebanyak 24 kali di dalam atmosfer matahari yang mempunyai temperature sangat tinggi, yaitu korona. Hal tersebut membuat Probe harus tahan dari panasnya matahari agar saat mendekati korona yang bahkan panasnya melebihi fotosfer.
Bagian terpenting dari alasan Parker Solar Probe tahan panas adalah teknologi perisai panas, yaitu The Thermal Protection System, yang dipakai oleh sebagian besar instrumen dari pesawat luar angkasa untuk perlindungan dari panas matahari secara tiba-tiba. Perisai panas ini akan meredam panas dan membuat pesawat tetap berada di suhu normal.
Perisai panas adalah lempengan dari bahan karbon yang dirancang secara teliti. Ketika suhu di bagian depan perisai mencapai 1.370 derajat Celsius, punggungnya hanya mencapai 315 derajat Celsius, dan pesawat tersebut tetap berada di suhu 30 derajat Celsius.
Instrumen pesawat luar angkasa akan juga akan didukung oleh panel surya. Namun panel-panel tersebut harus disesuaikan pengelolaannya saat terlalu dekat dengan matahari. Hal tersebut dibuat karena sel surya harus tetap dingin agar bisa berfungsi. Maka, panel pendingin pun dirancang untuk pesawat luar angkasa.
Selanjutnya, Parker Solar Probe dipastikan dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan manusia. Probe akan berada di sisi matahari tanpa kontak ke bumi jika ada hal yang salah.
"Saya menganggap Parker sebagai pesawat luar angkasa yang mandiri," kata ilmuwan matahari dari Universitas John Hopskins, Nicola Fox, pada konferensi pers NASA, Jumat, 20 Juli 2018.
Fox melanjutkan, "Dia sangat, sangat otonom. Dia harus menjaga dirinya ketika dia berada di wilayah korona, yang mana tidak ada orang di dalam lingkaran tersebut."
Hal tersebut menjelaskan bahwa Parker Solar Probe dari NASA dapat secara otomatis menentukan kapan perlu menggeser posisinya di luar angkasa saat terlalu dekat dengan bagian dalam matahari.
Sumber: Tempo