SUKABUMIUPDATE.com - WhatsApp mengambil langkah paling dramatis untuk mengurangi berita palsu. Aplikasi itu menguji fitur baru yang menetapkan batas berapa kali satu pesan dapat diteruskan.
Pembaruan ini dilakukan saat Facebook berupaya memerangi epidemi berita palsu aplikasi perpesanan itu, yang telah menyebabkan sejumlah insiden kekerasan di India.
Dengan perubahan itu, WhatsApp akan membatasi berapa kali Anda dapat meneruskan satu pesan. Di India, batasnya adalah lima obrolan, sementara di negara lain menjadi 20. Aplikasi ini juga akan menghapus pintasan "quick forward" yang muncul di samping pesan.
Dalam pengumumannya, WhatsApp mengungkap tes fitur itu sebagai cara untuk "membantu menjaga WhatsApp sesuai dengan yang dirancang untuk menjadi: aplikasi perpesanan pribadi”.
WhatsApp telah berurusan dengan krisis yang memuncak, yang disebabkan oleh informasi palsu yang menyebar di seluruh aplikasinya. Di India, di mana WhatsApp adalah platform perpesanan yang paling dominan, informasi palsu telah menyebabkan ledakan kekerasan, termasuk beberapa penyerangan.
Pemerintah India telah meminta WhatsApp untuk mengatasi masalah ini, yang ditanggapi serius oleh layanan milik Facebook ini. Aplikasi perpesanan ini, yang secara historis membuat pembaruan yang relatif jarang ke produk intinya, kini telah membuat tiga perubahan signifikan dalam tiga minggu terakhir ini saja.
Sebelumnya, aplikasi ini menambahkan kontrol admin baru untuk obrolan grup dan label untuk pesan yang diteruskan. Pembaruan ini, bersama dengan batas terbaru pada konten yang diteruskan, dirancang untuk mencegah konten menjadi viral dalam banyak obrolan grup aplikasi. Perusahaan ini juga menjalankan kampanye iklan publik dan membayar peneliti untuk mempelajari masalah tersebut.
Facebook mengumumkan awal pekan ini bahwa mereka akan menghapus posting "yang bisa memicu kekerasan”, menurut The Wall Street Journal, tetapi tidak jelas bagaimana perusahaan berencana untuk menegakkan kebijakan itu atau bagaimana ia akan memutuskan apa yang merupakan ancaman yang kredibel.
WhatsApp tampaknya mengambil pendekatan yang jauh lebih lugas. Karena perusahaan tidak dapat mengawasi konten di aplikasi perpesanan yang menggunakan enkripsi, mereka pun berfokus untuk membuat lebih sulit bagi pesan yang bermasalah untuk menjadi viral.
Sumber: Tempo