SUKABUMIUPDATE.com - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memberikan Eniya Listiani Dewi penghargaan teknologi BJ Habibie Technology Award 2018. Perempuan peneliti berumur 44 tahun di BPPT ini mengembangkan teknologi energi fuel cell.
"Saya telah mengembangkan teknologi fuel cell dengan metode electron transfer dengan menggunakan bahan baku lokal dan dipasang pada motor yang juga back up power untuk berbagai peralatan," ujar Eniya dalam sambutannya di Auditorium BPPT, Jalan MH Thamrin Nomor 8, Jakarta pada Selasa, 10 Juli 2018.
BJ Habibie Technology Award 2018 merupakan gelaran ke-11 yang menjadi salah satu upaya BPPT untuk memberikan dorongan timbulnya hasrat inovasi dan penciptaan teknologi kepada para pelaku teknologi. BJ Habibie Technology Award digelar sejak 2008 dan sudah diberikan kepada 10 orang dari berbagai bidang yang tidak terbatas.
Eniya telah memenuhi beberapa kriteria penilaian untuk dapat menerima BJHTA yakni, invention for technology advancement, recognition of international journals, recognition of papers international symposiums, recognition of the leadership of scientific association dan recognition of the patent.
"Proses produksi gas hidrogen ini telah dikembangkan dari limbah biomassa dengan bahan baku limbah industri kelapa sawit," tambah Eniya. "Gas biohidrogen dari limbah biomassa merupakan energi terbarukan, dapat digunakan untuk menaikkan efisiensi pembakaran dengan metode green hydrogen".
Eniya Listiani Dewi lahir di Magelang pada 1974. Setelah lulus SMA 1 Magelang, dia melanjutkan program S1 di Waseda University dengan beasiswa STAID hingga memperoleh gelar B.Eng pada tahun 1998. Kemudian meneruskan S2 di universitas yang sama dengan beasiswa IWAKI Foundation hingga mendapatkan gelar M.Eng pada 2000. Program doktoralnya diselesaikan sebagai spesial researcher JSPS hingga bergelar Dr-Eng pada 2003. Kini dia berkiprah di BPPT sebagai Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material.
Pendiri BPPT, BJ Habibie, dalam sambutannya menjelaskan bahwa penerima penghargaan merupakan generasi penerus. "Kepala BPPT, Menristekditi, peraih penghargaan dan semua ilmuwan adalah orang-orang pilihan," kata dia.
Sebenarnya, kata Presiden Indonesia ke-3 itu, banyak orang-orang yang berkompeten di masing-masing bidang. Namun, semuanya bekum aktif dalam masyarakat dan pemerintahan, sebagai satu tim harus semuanya harus bekerja sama dalam teknologi inovasi.
"Saya bangga sekali, dia (Eniya) adalah cucu intelektual saya, jadi pas ditanya testimoni ya gimana, masa saya harus puji-puji dia. Saya punya tujuh cucu biologis, tapi saya punya jutaan cucu intelektual," tambah Habibie. "Saya minta selamat berjuang, Anda berasal dari suatu daerah yang tidak pernah lelah, dengan SDM yang berkualitas dan diperbaharukan".
Sementara Kepala BPPT Unggul Priyanto menjelaskan bahwa setiap tahunnya BPPT memberikan penghargaan kepada putra putri terbaik Indonesia melalui karya nyata di bidang teknologi. BPPT, kata dia, mempunyai beberapa penghargaan untuk bidang teknologi yaitu Perekayasa Utama Kehormatan, BJ Habibie Technologi Award dan BPPT Inovation Award.
"BJHTA adalah pemberian penghargaan tertinggi kepada pelaku teknologi yang berjasa pada bangsa dan negara, memiliki reputasi nasional dalam bidang teknologi dan menghasilkan karya nyata yang memberikan impact di bidang teknologi dalam bentuk inovasi," kaya Unggul.
Unggul berharap, semoga dengan mendapatkan BJHTA 2018 menjadi pemicu semangat bagi Eniya dalam mengembangkan teknologi energi secara terus menerus.
Sumber: Tempo