SUKABUMIUPDATE.com - Sebagian orang percaya aphelion atau posisi terjauh bumi dengan matahari membuat suhu turun hingga drastis atau ekstrem. Pun sebaliknya ketika perihelion atau posisi terdekat bumi dengan matahari. "Ya ada anggapan begitu dan nggak benar juga," kata penggiat astronom di Bandung, Avivah Yamani.
Setiap tahun, bumi beredar mengelilingi matahari dengan garis orbit berbentuk elips atau lonjong. Selama peredarannya itu, bumi bisa mencapai jarak terdekat dengan matahari atau perihelion pada Januari dengan variasi tanggal. Jaraknya 146 juta kilometer lebih.
Adapun aphelion yang biasanya pada Juli dengan variasi tanggal berbeda, berjarak 1,0167 AU atau 152.505.000 kilometer. "Jarak ini hanya 2,5 juta kilometer lebih jauh dari jarak rata-rata matahari dengan bumi," katanya seperti dikutip website langitselatan.com.
Tahun ini, kata Avivah, bumi berada di titik terjauh dari matahari (aphelion) pada 6 Juli. "Pas perihelion kita lagi musim hujan dan aphelion kita musim kemarau," kata lulusan Astronomi ITB itu yang ikut mendirikan dan mengelola komunitas serta website Langit Selatan itu.
Seperti aphelion saat ini, ketika perihelion kerap muncul sangkaan suhu bumi naik karena sedang jarak terdekat dengan matahari. Menurut Avivah, anggapan itu tidak berdasar. Meskipun bumi dalam kondisi terjauh atau terdekat dari matahari, posisi itu hampir tidak berdampak pada temperatur bumi.
"Perubahan temperatur di bumi justru dipengaruhi oleh distribusi panas di bumi akibat perubahan tahunan posisi matahari," ujarnya.
Perubahan posisi itu yaitu matahari bisa berada di bagian belahan utara dan lain waktu di sebelah selatan bumi. Ketika matahari berada di bagian utara bumi, bagian selatan mengalami musim dingin, begitu pun sebaliknya.
Sumber: Tempo