SUKABUMIUPDATE.com - Fenomena embun es saat ini tengah menarik perhatian di Indonesia. Munculnya embus es itu antara lain terjadi di Alun-alun Surya Kencana Gunung Gede pada 5 Juli lalu.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, umumnya di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian sekitar lebih dari 3.000 meter berpotensi mengalami suhu terendah.
"Suhunya bisa lebih rendah dari titik beku 0 derajat Celcius yang disebabkan molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang dari pada dataran rendah sehingga sangat cepat mengalami pendinginan," katanya Ahad, 8 Juli 2018. Kondisi itu terutama terbentuk pada saat cuaca cerah tanpa tutupan awan.
Saat ini menurutnya terdapat embun es atau salju di beberapa daerah pegunungan. Kejadian suhu dingin malam hari dan es salju di lereng pegunungan itu disebabkan kondisi meteorologis dan musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung.
"Pada saat kemarau, memang umumnya suhu udara di malam hari, lebih dingin," ujarnya.
Pada musim kemarau, permukaan bumi lebih kering. Kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya. yang menyebabkan kelembaban udara lebih rendah.
Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa. Itu kata Tony, yang menyebabkan suhu udara di malam hari pada musim kemarau jadi lebih dingin daripada suhu udara musim hujan.
Pada malam hari uap air di udara akan mengalami kondensasi dan kemudian mengembun untuk menempel jatuh di tanah, dedaunan atau rumput. "Air embun yang menempel di pucuk daun atau rumput akan segera membeku yang disebabkan oleh suhu udara yang sangat dingin ketika mencapai suhu minus atau nol derajat," ujarnya.
Pada musim kemarau di Pulau Jawa tahun ini, BMKG memprediksikan berlangsung normal. Angin dominan bertiup dari arah tenggara dengan membawa udara dingin dan kering dari angin monsun Australia. Musim Kemarau di Jawa umumnya diperkirakan berlangsung hingga awal Oktober.
Relawan Gunung Gede Pangrango Operation Agus Mulyana, 34 tahun mengatakan, fenomena embun es di gunung berketinggian 2.958 meter dari permulaan laut itu pernah dijumpainya tiga kali saat musim kemarau yaitu pada 2004, 2005, dan 2007. Lokasinya di Alun-alun Surya Kencana Gunung Gede.
Sementara rekannya yang juga pendaki sekaligus pemandu Gunung Gede, Aceng Junaedi, pernah mengalami turunnya embun es pada 2012 dan 2016 pada Juni-Juli. Peristiwa terbaru pada 4-6 Juli di lokasi serupa. "Semalam saya naik tapi sampai pagi nggak muncul embun es," kata Aceng yang baru turun, Ahad, 8 Juli 2018.
Sumber: Tempo