SUKABUMIUPDATE.com - Dalam memerangi penyebaran berita palsu atau hoax di platformnya, Facebook tengah mengembangkan beberapa strategi. News Partnership Lead Facebook Indonesia Alice Budisatrijo mengatakan selain sistemnya aktif menyisir berbagai konten yang terindikasi sebagai berita palsu, pihaknya juga menjalin kemitraan dengan pihak ketiga untuk mengidentifikasi berita-berita yang beredar di platform tersebut.
Per April 2018 lalu, Alice menjelaskan, fitur Fact-checking mulai berlaku. Cara kerjanya terbagi dalam 3 tahapan. Pertama, berita yang terindikasi sebagai fake news atau berita palsu akan ditandai oleh Facebook dan direkomendasikan kepada Fact-checkers untuk ditinjau.
Selanjutnya, mitra pemeriksa fakta akan meninjau berita terkait, baik berita pilihan mereka sendiri maupun berita rekomendasi dari sistem Facebook. Peninjauan yang dilakukan termasuk memeriksa fakta yang terdapat dalam berita tersebut dan menilai akurasi berita.
<iframe id="google_ads_iframe_/14056285/tempo.co/desktop_bisnis_inarticle_0" style="font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; font-stretch: inherit; font-size: inherit; line-height: inherit; font-family: inherit; vertical-align: bottom; height: 1px; width: 1px; border-width: 0px; padding: 0px; margin: 0px;" title="3rd party ad content" name="google_ads_iframe_/14056285/tempo.co/desktop_bisnis_inarticle_0" width="1" height="1" frameborder="0" marginwidth="0" marginheight="0" scrolling="no"> </iframe> “Ke depannya, data tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan kami dalam mengidentifikasi berita palsu,” kata Alice di Kantor Facebook Indonesia di Jakarta, Jumat, 18 Mei 2018.
Berita yang telah ditandai sebagai berita palsu oleh mitra pemeriksa fakta, kata Alice, akan diturunkan tingkat distribusinya di linimasa Facebook sehingga secara signifikan akan menurunkan kemungkinan pengguna dapat menemukannya. Akan tetapi, Alice enggan menyebut berapa banyak berita yang telah teridentifikasi sejauh ini di Facebook. "Ini kan baru berjalan April kemarin, kami masih terus memantau," katanya.
Jika suatu laman terbukti telah menyebar berita palsu berulang kali akan diberikan tindakan tegas yakni domain atau laman berita tersebut akan diturunkan dan kehilangan kemampuan untuk beriklan maupun monetisasi. Namun, Facebook tidak sampai pada tahap menghapus laman tersebut.
Facebook, menurut Alice, tidak menghapus berita palsu tetapi menurunkan distribusinya hingga kemungkinannya muncul kembali di linimasa amat kecil. "Namun, jika terbukti melanggar standar komunitas Facebook kami tidak ragu menghapus laman terkait,” ujarnya.
Pengguna juga dapat berkontribusi aktif dengan melaporkan konten-konten atau tautan berita yang dicurigai kepada Facebook. Meskipun tak seluruh laporan pasti akan diproses karena berita tersebut akan diproses lebih dahulu oleh teknologi machine learning yang digunakan Facebook.
Facebook juga akan memberi tautan berita terkait di sekitar berita yang dilabeli sebagai berita palsu. Hal ini agar pengguna memiliki referensi tambahan untuk menemukan fakta yang lebih akurat dari isu tersebut.
Pengguna juga akan diberikan notifikasi apabila mereka membagikan berita palsu tersebut atau pernah membagikannya di masa lalu. Alice mengatakan notifikasi berguna untuk menghindari berita tersebut menyebar lebih luas lagi. “Jadi nantinya pengguna yang pernah membagikan berita tersebut bisa menghapus tautannya agar tidak semakin meluas,” tuturnya.
Selain pemeriksaan berita palsu, Alice mengatakan ke depannya Facebook akan menambahkan beberapa fitur lain untuk pengguna di Indonesia, seperti fitur “Breaking News” dan “I-Information”.
Seperti namanya, fitur “Breaking News” bertujuan untuk mengelompokkan berita-berita yang berkaitan dengan peristiwa berkategori breaking news. “Jadi para media dapat menggunakan fitur ini untuk melabeli berita mereka terkait peristiwa-peristiwa penting yang sedang terjadi. Misalnya seperti peristiwa bom kemarin,” kata Alice.
Adapun fitur “I-Information” merupakan laman khsusus berisi informasi mengenai media-media yang ada seperti susunan redaksi media, alamat kantor, afiliasi media, dan lainnya. Dengan adanya informasi lengkap mengenai media terkait, Facebook mengharapkan masyarakat akan lebih mudah menilai mana berita yang kredibel dan mana yang tidak dari latar belakang media yang mengunggah beritanya.
Sumber: Tempo