SUKABUMIUPDATE.com - Gurita dikenal sebagai hewan tanpa tulang punggung yang cukup cerdas. Satwa bertentakel ini juga mampu menggunakan katup mulut dan mengubah warna tubuh mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan. Mereka juga menggunakan kecerdasannya untuk bertahan hidup, termasuk menghindar dari pasangan kanibalnya.
Setidaknya, ada sekitar 100 spesies gurita dalam satu genus Octopus. "Dan setidaknya ada 150 spesies dari genus lain," kata Jennifer Mather, ahli cephalopod dari University of Lethbridge, Kanada, seperti dikutip dari Live Science. Bersama timnya, Mather meneliti perilaku seksual pada selusin spesies gurita.
Mather mengatakan gurita merupakan hewan yang berumur pendek. "Paling cepat, mereka dapat hidup enam bulan saja," ujar dia. Hewan ini menghabiskan masa muda mereka dengan berjalan-jalan sendiri dan berkembang sampai tingkat kematangan seksualnya dirasa cukup.
Memang, belum jelas bagaimana cara gurita jantan dewasa dan betina saling bertemu di hamparan laut yang luas. Tapi, kata Mather, gurita jantan menghabiskan hidup mereka hanya untuk mencari pasangannya, lalu mati. Sedangkan gurita betina hanya berdiam diri menanti pasangan mereka. "Namun, bukan berarti gurita tidak pintar bercinta," kata Mather. Dia pun menceritakan beberapa spesies yang diteliti beserta tingkah polah seksual para gurita.
Gurita jantan dari spesies Octopus vulgaris, misalnya. Mather mengatakan, biasanya gurita jantan jenis ini membuka lubang pengisap besar di bawah tentakel mereka untuk menandakan diri sebagai "si jantan". Mather menjelaskan, gurita jantan melakukan tindakan tersebut di hadapan gurita betina besar yang menyerang dan hendak memakannya. Mereka juga akan mengubah warna tubuh menjadi lebih pucat.
Sedangkan gurita jantan dari spesies Octopus cyanea akan berdiri tegak seperti menara di atas calon pasangan sebelum bercinta. Saat mendekat ke calon pasangannya, gurita jenis ini akan mengedipkan garis-garis hitam khas miliknya.
Adapun spesies Abdopus aculeatushas merupakan jenis gurita yang memiliki perilaku seksual paling kompleks. Sekumpulan laki-laki spesies ini akan menjaga gurita betina dari pejantan jenis lainnya. Jika jantan dari spesies lain datang, mereka akan melakukan pertarungan sampai mati.
Untuk mengidentifikasi jenis kelamin mereka, pejantan A. Aculeatus menjaga pola hitam-putih yang ada di tubuhnya. Sedangkan pola milik si betina tetap disamarkan guna menghindari pendekatan dari spesies lain.
Bagi gurita jantan, proses kawin merupakan "permainan mengancam nyawa". Sebab, menurut Mather, gurita betina lebih cenderung melakukan kanibalisme setelah bercinta. Untuk menghindari itu, biasanya gurita jantan akan langsung kabur setelah melakukan hubungan seksual.
Tak seperti betina, gurita jantan memiliki lengan kanan ketiga yang disebut hectocotylus. "Tangan ini yang memasukkan sperma ke tubuh gurita betina," ujar Mather. Proses kawin bisa memakan waktu hingga beberapa jam, bergantung pada spesies.
Dalam beberapa genera, seperti Argonauta (gurita kertas) dan Tremoctopus (gurita selimut), lengan hectocotylus dilepas setelah selesai kawin. Gurita betina lantas menyimpan spermtophores, atau kantong sperma, milik pejantan dalam mantel tubuhnya.
Nahas, gurita jantan akan mati beberapa bulan kemudian setelah kawin. Sedangkan pasangannya akan mengawasi calon anak mereka sampai menetas, dan tak lama kemudian juga mati.
Sumber: Tempo