SUKABUMIUPDATE.com - Cerita bergambar atau komik Indonesia berpotensi makin mendunia. "Dari tahun 1955 sampai tahun 1980-an, industri maupun tradisi komik modern di Indonesia sangat kuat," kata kurator komik Hikmat Darmawan saat berbincang dalam tajuk Europalia Road to Indonesiana di Bentara Budaya Bali, Minggu, 6 Mei 2018.
Hikmat merupakan kurator komik Europalia Indonesia. Europalia Arts Festival Indonesia telah berlangsung pada 10 Oktober 2017 hingga 21 Januari 2018. Perjalanan program itu tersebar di tujuh negara, yaitu Belgia, Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Polandia, dan Austria.
Hikmat menceritakan salah satu komik dari Indonesia yang menarik minat pengunjung dalam ajang tersebut adalah Wayang Purwa karya Saleh Ardisoma. Menurut Hikmat, komik wayang cukup unggul. "Genre wayang sangat khas Indonesia di samping silat. Ini (komik wayang) paling mudah menarik perhatian," ujarnya.
Bagi Hikmat, komik wayang memiliki nilai eksotik juga pop karena ada unsur warna-warni dalam setiap gambar. "Logika superhero bisa masuk juga," tuturnya.
Indonesia menjadi negara tamu keempat dari Asia dalam ajang Europalia International Arts Festival. Sebelumnya, negara dari Asia yang menjadi tamu dalam festival bergengsi di Eropa itu adalah Cina, Jepang, dan India.
Europalia International Arts Festival berada di bawah naungan Kerajaan Belgia dan dimulai pada 1969. Acara tersebut diadakan setiap dua tahun. Selama 104 hari, Europalia Arts Festival Indonesia dihadiri 600 ribu pengunjung. "Ini kelanjutan pengenalan Indonesia ke dalam peta komik dunia melalui pintu Eropa," kata Hikmat.
Europalia Arts Festival Indonesia menghadirkan 316 seniman dari Indonesia. Para seniman dari berbagai bidang itu masing-masing di antaranya menampilkan 247 program yang terdiri atas empat pilar, yaitu warisan (heritage), kontemporer (contemporary), kreasi (creations), dan pertukaran (exchange). Europalia Arts Festival Indonesia menjadi semacam dialog antar-kesenian dan budaya.
Hikmat mengamati budaya komik di Eropa yang berkembang adalah Belgia, Prancis, dan Belanda. Di luar Eropa, komik Jepang dan Amerika Serikat juga sangat dikenal di kancah internasional. Adapun komik di Indonesia, menurut dia, bagaikan raksasa yang tidak kelihatan
"Tradisi dan sejarah komik modern yang sangat kuat dan besar, tapi Indonesia sendiri tidak merasa bahwa (komik) kita pernah raksasa," ujarnya.
Hikmat menjelaskan, komik sebagai produk budaya memiliki kekhasan untuk massal. Karena itu, kata dia, agar komik bisa makin dikenal dalam masyarakat diperlukan penyangga berupa industri. "Komik itu memiliki watak kebudayaan, tapi mengemban misi pasar juga," ucapnya.
Sumber: Tempo