SUKABUMIUPDATE.com - Besok adalah perayaan Hari Gendut Sedunia. Tahun lalu bahkan sampai ramai di berbagai media sosial soal unggahan hari gendut. Berikut isi postingannya:
Selamat bagimu yg GENDUT
ORANG GENDUT
1). Orang gendut dosanya lebih sedikit, jarang orang gendut yg jadi maling, karena mereka sadar gampang ketangkep
2). Orang gendut rata2 lebih kaya daripada orang kurus, lihat boss2, konglomerat, mafioso, dll. Mana ada yg kurus? Besarnya lingkar pinggang mereka menandakan tingkat kesuksesan hidup mereka
3). Orang gendut mempunyai tingkat kebisingan yg rendah: orang kurus ketika nubruk tembok akan menghasil suara "BRAAAKKKKKK!!!" sedangkan orang gendut hanya menimbulkan suara "mmmbuugghh" lalu "tooeeenk" emoticon-Smilie "membal"
4). Orang gendut punya suara indah: lihat penyanyi seriosa yg punya suara tenor dan sopran, rata2 endut kan? Contoh: Pavarroti.
5). Orang gendut menyejukkan dunia: Ketika upacara ditengah terik matahari, pasti orang kurus berlindung dibalik bayangan orang gendut
6). Orang gendut lebih disayang ortu. Liat aja balita gendut lebih disukai ketimbang yg ceking: Aduch anak capa nie, koq endut bangeet "cubit2 pipi"
7). Orang gendut itu keren, ketika orang gendut, botak lagi, keluar dari sedan mewah, pasti langsung dikira juragan. Tapi kalo orang kurus yg keluar dari sedan mewah, "halah palingan supirnya..."
Berbahagialah bagi yg gendut... Buat yg mau DIET, mikir dulu lah 1000 x...
Memang, masih belum jelas kenapa hari tersebut dirayakan. Namun, banyak hal positif yang bisa dibahas dari perayaan tersebut. Misalnya, seperti studi tentang berat badan manusia selama 100 tahun.
Ternyata, manusia bertambah tambun daripada sebelumnya dan hidup lebih lama dibanding pada era apa pun dalam sejarah. Dan seluruh perubahan itu, kata para peneliti, terjadi hanya dalam tempo 100 tahun terakhir.
Apakah kita sedang mengalami evolusi lewat seleksi alam? Ternyata tidak. Peneliti menegaskan, tidak ada perubahan genetik besar yang terjadi. Satu abad tidak cukup lama untuk menyebabkan perubahan genetik semacam itu terjadi.
"Sebagian besar transformasi yang terjadi dalam periode waktu singkat hanyalah respons perkembangan organisme terhadap perubahan kondisi, seperti perbedaan nutrisi, distribusi pangan, perawatan kesehatan, dan praktek higienis," kata Stephen Stearns, dosen ekologi dan biologi evolusioner di Yale University.
Sejak 1970-an, Barry Bogin, dosen antropologi biologis di Loughborough University di Inggris, telah mempelajari pola pertumbuhan anak-anak suku Maya dan keluarganya yang tinggal di Guatemala, Meksiko, dan di Amerika Serikat. Ketika orang Maya pindah ke Amerika Serikat, anak-anak mereka lebih tinggi 11,4 sentimeter ketimbang anak yang lahir di Meksiko atau Guatemala.
Perubahan ini tampaknya hasil dari tersedianya makanan yang lebih bernutrisi di Amerika Serikat, misalnya lewat program makan siang di sekolah, serta perawatan kesehatan yang lebih baik. Bogin juga mencatat, anak-anak Maya di Amerika Serikat juga lebih sedikit terpapar penyakit menular dibanding di negara asal orang tuanya.
Namun pertambahan tinggi tubuh ini harus dibayar mahal. "Tak hanya makin tinggi menyamai orang Amerika, anak-anak Maya juga kelebihan berat badan, sama seperti orang Amerika kebanyakan," kata Bogin. "Tapi orang memang makin gemuk di semua tempat di dunia.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet mengungkap bahwa 29 persen populasi dunia mengalami kelebihan berat badan atau obese pada 2013. Penyebab manusia bertambah gemuk hingga saat ini masih menjadi perdebatan ilmiah. Beberapa ilmuwan menuding makan terlalu banyak dan jarang berolahraga sebagai biang keladinya.
Namun peneliti lain menyatakan faktor genetis dan virus sebagai penyebabnya. Isu ini makin rumit ketika banyak penelitian mengaitkan kegemukan dengan kemiskinan.
Menariknya, anak-anak Maya yang diteliti Bogin di Indiantown, Florida, menduduki peringkat puncak kegemukan dan obese dibanding kelompok etnis lain di wilayah itu, seperti Meksiko-Amerika, Afro-Amerika, Haiti, dan Eropa-Amerika. Hal ini mungkin dipengaruhi epigenetika, atau pewarisan perubahan yang menentukan aktif atau tidaknya gen, namun sama sekali bukan disebabkan oleh perubahan pada untaian DNA.
Bogin mengatakan, lingkungan bisa memicu perubahan epigenetis pada sejumlah kelompok etnis, yang mempengaruhi bagaimana tubuh menyimpan energi dari makanan. "Diduga bahwa sejak ibu dan nenek Anda mengalami kekurangan pangan, entah bagaimana hal itu diwariskan kepada generasi berikutnya, semacam persiapan ketika tidak tersedia banyak makanan," ujarnya.
Mekanisme penyimpanan lemak ini didorong oleh sejarah malnutrisi atau kelaparan yang juga terjadi dalam populasi miskin lain yang akhirnya menjadi kegemukan. Perubahan lain yang terjadi adalah pubertas dini. Di banyak negara, anak-anak matang lebih cepat. Pada saat ini, anak perempuan di Amerika Serikat mendapat haid pertama pada usia 12,8 hingga 12,9 tahun. Padahal, pada pertengahan 1800-an, usia pubertas adalah 17 tahun.
Sumber: Tempo