SUKABUMIUPDATE.com - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT meminta maaf atas timbulnya kehebohan mengenai isu tsunami Pandeglang. Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Wahyu Wododo Pandoe menyampaikan permohonan maaf atas informasi yang meresahkan masyarakat tersebut.
"Kami BPPT memohon maaf jika informasi itu meresahkan masyarakat. Informasi tentang tsunami di daerah Jawa Barat ini hanya hasil kajian awal dan untuk konsumsi akademisi," kata Wahyu di Executive Lounge BPPT, lobi Gedung II BPPT, Jalan M.H. Thamrin Nomor 8, Jakarta, Jumat, 6 April 2018.
Informasi tersebut muncul dari pakar BPPT, Widjo Kongko, ketika mengisi kegiatan seminar ilmiah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam memperingati Hari Meteorologi Dunia ke-68 pada Selasa, 3 April 2018, di Auditorium BMKG.
Paparan tersebut hanya kajian awal, yang menyebutkan sumber tsunami adalah gempa bumi megathrust yang peta-petanya telah diterbitkan dalam buku berjudul Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017, yang disusun Pusat Studi Gempa Nasional Puslitbang Perumahan dan Permukiman Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
"Masyarakat tidak perlu khawatir dengan pemberitaan ini dan diimbau agar tetap tenang serta menjalankan aktivitas seperti biasanya," ujar Wahyu. "Dan tetap mengacu pada informasi yang disampaikan BMKG atau BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) sebagai lembaga resmi dari pemerintah."
Widjo, dalam paparan seminar tersebut, menyampaikan ada tiga potensi gempa bumi megathrustdi lokasi terdekat dengan kajian wilayah dalam penelitiannya.
"Wilayah Enggano dengan magnitudo 8,4; Selat Sunda 8,7; serta Jawa Barat dan Tengah 8,7. Tiga potensi tersebut jika terjadi akan menyebabkan tsunami yang berdampak besar untuk beberapa wilayah," ujarnya mengklarifikasi.
Menurut Widjo, dia tidak menjelaskan prediksi terjadinya tsunami di Jawa Barat, tapi hanya menyampaikan potensi saat memaparkan materi. "Bahkan judul yang saya sampaikan pun berawal dari kata potensi," ucapnya.
Sumber: Tempo