SUKABUMIUPDATE.com - Skandal Cambridge Analytica, yang melibatkan layanan jejaring sosial global Facebook, memasuki babak baru. Manajemen Facebook baru saja melansir jumlah data yang diakses konsultan data itu jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya yaitu sekitar 50 juta data pengguna.
“Secara total, kami meyakini informasi Facebook, terutama di AS, yang dibagi secara tidak layak ke Cambridge Analytica mencapai 87 juta orang,” kata Mike Schroepfer, chief technology officerFacebook, seperti dilansir media Wired, 4 April 2018.
Cambridge adalah konsultan untuk tim kampanye pemenangan Donald Trump saat pemilihan Presiden pada 2016. Saat itu, Trump, yang diusung Partai Republik, berkompetisi melawan Hillary Clinton dari Partai Demokrat. Diduga, data para pengguna Facebook dari AS ini digunakan untuk menyusun strategi kampanye pemenangan Trump.
Kejadian ini terungkap ke media massa pada pertengahan Maret lewat Christopher Wylie, yang membocorkannya ke media massa. Berita ini lalu diberitakan oleh media New York Times, Guardian, dan Observer dan menjadi pemberitaan global. Manajemen Facebook dituding tidak melindungi data para penggunanya secara layak.
Mark Zuckerberg, yang merupakan pendiri dan chief executive office Facebook, telah mengakui kekeliruannya dan meminta maaf secara terbuka lewat iklan di berbagai media massa global. Sky News melansir Zuckerberg bakal bersaksi di hadapan Komite Perdagangan dan Energi DPR AS pada 11 April 2018.
Menurut Schroepfer, manajemen FB telah memutuskan untuk membuka akses bagi para pengguna pada 9 April 2018 untuk mengetahui apakah data mereka digunakan Cambridge. Akses ini akan dicantumkan di bagian atas laman News Feeds.
Dalam conference call dengan jurnalis, Zuckerberg mengatakan manajemen FB belum melihat ada dampak nyata dalam penggunaan FB atau penjualan iklan sejak skandal itu terungkap. Seperti dilansir Reuters, Namun, dia menambahkan,”Itu tidak baik jika pengguna tidak merasa senang dengan perusahaan.” Saham FB naik 3 persen di bursa saham Nasdaq.
Zuckerberg mengatakan kepada jurnalis jika dia menerima kesalahan akibat kebocoran data ini, yang membuat para pengguna, pengiklan, dan lesgislator marah. Namun, Zuckerberg mengatakan dia masih layak untuk memimpin perusahaan yang didirikannya ini.
“Jika Anda membangun sesuatu seperti Facebook yang belum pernah ada di dunia ini sebelumnya, maka akan ada hal-hal yang Anda lakukan keliru,” kata Zuckerberg sambil menambahkan belajar dari kesalahan adalah hal penting. Zuckerberg merupakan pemegang saham utama di FB.
Sumber: Tempo